
Tahun 2008 di Ujung Timur Indonesia, Makassar, deklarasi pertama Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) dilaksanakan. Diawali dengan niat untuk mempersatukan gerakan dakwah kampus berbasis ahlussunnah seluruh Indonesia, LIDMI berhasil mempertemukan puluhan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dari seluruh penjuru Indonesia. Karena tidak lain, LIDMI merupakan langkah lebih besar dari gerakan-gerakan kecil yang berusaha mengakomodasi LDK di Makassar dan manhajnya adalah Ahlusunnah Wal Jama’ah (ASWAJA). Diantaranya dikenal HAMASAH atau Himpunan Mahasiswa Ahlus Sunnah dan FOSIDI (Forum Studi Dinul Islam).
Hingga pasca kegiatan, mulai digulirkan wacana pertemuan LDK-LDK nasional, dan disepakati nama Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) sebagai brand, dan Temu Nasional (TUNAS) sebagai wadah pertemuan LDK-LDK di seluruh Indonesia. LDK yang hadir berjumlah kurang lebih 20-an,mayoritas dari Sulawesi sendiri. Hanya beberapa kampus dari luar Sulawesi.
Hasil pertemuan yang memakan biaya sekitar sekitar 100-an juta tersebut merekomendasikan untuk membuat sekretariat yang sempat terlaksana satu tahun. Dan membuat grand desain gerakan kaderisasi nasional dan ekspansi ke kampus-kampus yang belum terbina. Dari TUNAS ini diperoleh kesepakatan utama yaitu terbentuknya jaringan dakwah Mahasiswa Ahlus Sunnah tahun 2012 yang memiliki 100 lembaga aktif, produktif dalam perkaderan, serta memiliki pengaruh di lingkungan kampus.
Namun dalam perjalanannya mencari bentuk, LIDMI mengalami pasang surut, hingga dalam TUNAS II pada hari Jumat, 9 Maret 2012 yang dilaksanakan di Gedung IPTEKS UNHAS Makassar, LIDMI berhasil meningkatkan partisipasi LDK yang ada di Indonesia. Dalam acara yang bertemakan “Revitalisasi Gerakan Dakwah Kampus dalam Mewujudkan Kampus Islami”, terdapat agenda pembasan program kerja dakwah nasional, orasi dari masing-masing Pusat Jaringan Wilayah (Pusjarwil) dan training pengembangan dakwah kampus yang diberi nama Training ke-LDK-an yang dibawakan oleh ahli manajemen dan strategi Dakwah Kampus, Ust. Ismail Rajab, ST.
Dalam perjalananannya, para pengusung LIDMI bersepakat untuk membentuk lembaga dari sebuah forum jaringan menjadi lembaga berstruktur kepengurusan secara personalia. Dan ditahun 2015 lalu, tepatnya 19-21 Desember di Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, dilaksanakan Muktamar I untuk menentukan nakhoda LIDMI dalam dua tahun kepengurusan ke depan.
LIDMI memandang Kondisi bangsa ini sudah menunjukkan sinyal-sinyal kuat betapa pentingnya usaha islahul ummah (perbaikan umat/masyarakat). Berbagai macam metode pun dilakukan oleh mahasiswa. Oleh karena itu, LIDMI hadir untuk turut serta berkontribusi dalam wacana perubahan tersebut.
Point of view yang disusung LIDMI adalah satu kerisauan melihat realitas bangsa yang jauh dari niai-nilai akhlaq, serta degradasi moral. Problem kepemimpinan berupa masalah-masalah birokrasi begitu banyak belum terselesaikan. Sementara di sisi lain, rakyat membutuhkan panutan serta pengayom yang betul-betul menjadi figur.
Dalam frame berpikir LIDMI, mengambil kesimpulan bahwa pokok persoalan itu semua adalah karena jauhnya masyarakat dari Alquran. Akhirnya aqidah menjadi dangkal, sehingga pelanggaran demi pelanggaran pun dengan mudah dilakukan. Masyarakat kini telah jauh dari pedoman terbaik yaitu Alquran. Inilah penyebab utama kemunduran islam. Alquran bukan lagi menjadi kitab yang dibaca, dihafal, dipahami, ditadabburi dan diamalkan serta didakwahkan. Akan tetapi Alquran sekarang hanya menjadi pajangan yang indah di rumah-rumah umat islam. Akhirnya kehidupan masyarakat semakin jauh dari nilai-nilai ilahiyah yang sempurna.
LIDMI hadir untuk menjadi wadah gerakan bersama seluruh LDK yang sevisi dan se-manhaj (metode) untuk bersama-sama melakukan upaya mengembalikan Alquran dalam dada kaum muslimin. Dan upaya itu adalah pembinaan pribadi-pribadi (tarbiyah nafsiyah) yang menjadi media transformasi dan dianggap sebagai jalan terbaik oleh LIDMI, karena itu pula lah yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam merubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang memimpin peradaban dunia selama kurang lebih 7 abad. Dari situlah lahir semangat untuk bergerak, Membumikan Dakwah dan Tarbiyah, di seluruh nusantara.