Meski aku belum bisa mengamalkannya dengan sempurna
Meski aku belum bisa mempelajarinya dengan sempurna
Meski aku belum bisa membacanya dengan sempurna
Dengan segala kelemahanku sebagai manusia biasa, dengan ketidak sempurnaanku sebagai tempatnya salah dan lupa.
Tapi aku berusaha mencintainya dengan sempurna, seperti Tuhanku mencintaiku secara sempurna. Aku meyakini sepenuhnya diturunkannya ia ke muka bumi sebagai pedoman hidup yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan membawa manusia menuju kebahagiaan dunia hingga akhirat di bawah hadirat Ilahi Rabbiy.
Ketika ia dilecehkan, ketika ia dinistakan, dan ketika ia direndahkan sebagai alat kebohongan. Akankah diam adalah cara yang tepat untuk menyikapi masalah itu? Nabi yang kita cintai memang tak pernah membalas perbuatan orang yang menyakiti dirinya, justru beliau membalas dengan kebaikan. Tapi beliau akan marah besar dan bertindak tegas jika agamanya direndahkan dan dihina, terlebih kitab suci sebagai simbol keluhuran dan kehormatan agama dinistakan.
Pantaskah aku yang mengaku sebagai pengikutnya dan mencintainya hanya berdiam diri ??
Mana bukti cintaku ?? Mana wujud kesetiaanku ??
Aku memang tak punya kekuasaan untuk mengubah kemungkaran, tapi aku masih punya tangan dan lisan untuk menyuarakan kebenaran dan menuntut keadilan yang harusnya ditegakkan. Sebagai wujud cintaku pada pedoman hidupku.
Teringat kisah ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam akan dibakar, semua makhluk kecil disekitar perapian berusaha keras memadamkan api kecuali cicak. Semut dengan tubuhnya yang kecilpun ikut memadamkan api dengan titik-titik air. Ketika ia ditanya apa gunanya kamu memadamkan api itu karena usahamu akan sia-sia, dan dengan tegas semut menjawab : Hal ini aku laukukan untuk menunjukkan kepada Rabbku di sisi mana aku berpihak. Ini yang ingin ku tiru, Meski aku bukan pemerintah, meski aku bukan penegak hukum yang berwewenang untuk menindak, tapi aku sebagai rakyat kecil dan manusia yang berusaha menjadi hamba yang taat, cinta pada agama dan kitab sucinya. Harus bertindak meskipun itu berdampak kecil, sebagai pertangungjawabanku kepada Rabbku ketika nanti aku menghadap-Nya, kan ku tunjukkan bahwa aku memihak di posisi yang di ridhoi-Nya.
Memang sebagai muslim yang baik harus rela memaafkan ketika ungkapan maaf itu telah disampaikan. Tapi yang namanya kesalahan yang besar tidak cukup terampuni dengan permohonan maaf. Jika seperti itu adanya pencuri seharusnya dimaafkan jika ia meminta maaf, pembunuh seharusnya dimaafkan jika ia meminta maaf. Naif dan munfaik sekali jika berfikir demikian. Pasti akan dituntut dengan hukuman yang semestinya. Terlebih penista agama yang meyakiti hati seluruh ummat yang meyakininya. Hukum harus ditegakkan dengan seadil-adilnya agar keharmonisan dan keutuhan dalam berbangsa tetap terjaga.
Ini sikapku dan inilah yang bisa ku lakukan. Biarlah orang-orang menilaiku salah, keras kepala dan membenci sikapku ini. Asalkan Tuhanku tidak membenciku karna aku diam membisu melihat kitab suci-Nya dinistakan. Pertanggungjawabanku kelak bukan kepada manusia tapi kepada Tuhan yang Maha Esa, Allah Subhanahu wa ta’ala. Hari ini kita Bela Al-Qur’an, Kelak di Alam Kubur dan di Akirat Al-Qur’an yang akan membela kita. Wallahu a’lam bishawab