MAKASSAR – Menyikapi permasalahan bangsa terkait penyebaran paham menyimpang, Pengurus Daerah Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PD LIDMI) Makassar menggelar Kuliah Pemikiran Islam (KUPAS) yang digelar rutin tiap pekan, di lantai 1 Masjid Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas).
Kuliah ini diinisiasi oleh departemen Kajian Strategis (Kastra) yang menghadirkan Syamsuar Hamka, wakil ketua Pengurus Pusat LIDMI yang juga magister pendidikan pemikiran Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor, sebagai pemateri. Menyajikan sepuluh bahasan antara lain, pengantar pemikiran Islam, Ghazwul Fikri, Islamic Worldview, Tauhid sebagai Asas Pemikiran Islam, Karya Tulis Dasar, Konsep Dien – Wahyu – Kenabian, Sejarah Ringkas Peradaban Islam, Bedah Pemikiran Tokoh 1, dan Bedah Pemikiran Tokoh 2.
Muh. Hadiyat Jafar selaku panitia pelaksana mengatakan, kuliah ini merupakan sesuatu yang sangat langkah bahkan terlupakan oleh aktivis-aktivis dakwah terutama yang berada di kampus atau dunia akademik. Menurutnya, kampus merupakan tempat yang paling subur untuk tumbuh kembangnya pemikiran menyimpang.
“Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme (SEPILIS), dan pemikiran sempalan lainnya harus mejadi kekhawatiran bagi para aktivis dakwah kampus. Karena pemikiran ini berusaha untuk merusak keislaman dan akidah civitas kampus” ungkapnya.
Pemikiran islam, lanjut mahasiswa psikologi Universitas Negeri Makassar ini, akan menjadi bekal yang sangat baik bagi pengurus lembaga dakwah kampus (LDK), terutama konten dakwah di wilayah yang sarat dengan nilai-nilai keilmiahan ini harus memang diperhadapkan dengan paham-paham sesat tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Asrullah sebagai peserta. Menurutnya, KUPAS ini bagai air bah yang datang ditengah musim kemarau panjang yang menyejukkan dan menumbuhkan sinyal positif dan pertumbuhan gerakan perlawanan terhadap pemikiran pemikiran sesat dalam bingkai akademik sistematik. Mendidik insan menalar dengan wahyu, yang mengilhami rasio dan indera yang merupakan dua variabel yang sering didikotomikan oleh falsafah barat.
“Ditengah ombak yang deras dan badai yang kencang menerpa dan menjangkiti para kaum muslimin khususnya aktivis muda islam dalam badai penyesatan pemikiran, liberalisme, sekularisme, sinkretisme – inklusivisme, lahir ide inovatif dan brilian “Kuliah Pemikiran Islam” atau disigkat KUPAS oleh LIDMI,” terangnya.
Hal ini, lanjut mahasiswa fakultas Hukum unhas ini, tentu menjadi wadah dan wasilah untuk memberikan oase keilmuan terkait hal-hal yang menyimpang dari pemikiran akidah islam, serta memberikan khazanah ilmu dan landscape pemetaan pergerakan pemikiran yang merusak aqidah kaum muslimin.
“Kegiatan ini semoga bisa dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan serta berkelanjutan. Semoga bisa dirintis di semua kampus di Makassar sehingga bisa menjadi tameng dan benteng kokoh yang senantiasa siap merespon penyimpangan-penyimpangan akidah Islam, khususnya di dunia kampus yang notabene sebagai produsen insan-insan akademik,” harapnya.
KUPAS LIDMI Makassar kini telah memasuki pertemuan ke-4 yang diikuti oleh pengurus-pengurus Lembaga dakwah kampus se-Makassar. (*rh)