Dalam mewujudkan kejayaan suatu bangsa maka harus dimulai dengan melakukan pembinaan kepada calon generasi penerus, dalam hal ini pembinaan kepada pemuda. Usia muda merupakan usia berkumpulnya semua potensi mulai dari kekuatan fisik hingga kekuatan pikiran. Kita dapat melihat dari perjalanan sejarah manusia, para pemuda menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan sebuah ideologi. Bahkan dapat dikatakan bahwa sebuah ideologi tidak akan eksis tanpa kiprah pemuda. Begitupun dalam perjalanan dakwah Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, beliau menguatkan dakwah ini dengan menjadikan pemuda sebagai pioner di awal dakwah Islam di Makkah. Dengan modal kekuatan pemuda, sehingga menjadikan Islam dapat tersebar di penjuru dunia.
Saat ini, kekuatan kelompok pemuda muslim yang ideal dan tangguh dapat kita temukan di kampus. Kampus menjadi tempat berkumpulnya para kaum intelektual muda yang memiliki semangat untuk melakukan perubahan. Bahkan akan lebih luar bisa ketika mereka bergerak bersama dalam sebuah jamaah (lembaga) dakwah atau lebih dikenal dengan nama lembaga dakwah kampus (LDK). Oleh karena itu, dakwah kampus harus dirancang untuk memperkuat basis bagi tumbuhnya generasi baru yang memiliki pemahaman islam yang sempurna dan menyeluruh sehingga mampu mewujudkan kejayaan umat.
Dakwah kampus merupakan langkah strategis bagi pencapaian cita-cita umat Islam. Cita-cita itu sangatlah realistis tercapai ketika melihat bahwa mahasiswa muslim merupakan insan yang memiliki potensi intelektualitas dan kritis terhadap berbagai persoalan keumatan. Dengan potensi itu, mahasiswa memiliki peluang besar untuk berkiprah dalam pembentukan peradaban yang khairah ummah. Namun muncul pertanyaan, bagaimana merancang dakwah kampus agar mampu mewujudkan kejayaan umat? Pertanyaan inilah yang selalu menjadi perhatian utama bagi umat ini yang telah lama merindukan kejayaan islam.
Untuk menemukan cara mengembalikan kejayaan umat ini maka marilah kita belajar bagaimana cara umat terdahulu bisa bangkit dari keterpurukan sehingga mampu berjaya. Dalam sebuah buku yang berjudul Hakadza Zhahara Jilu Sholahuddin wa Hakadza ‘Adat al-Quds karya Dr. Majid Irsan al-Kilani dijelaskan bahwa keberhasilan Shalahuddin al-Ayyubi merebut kembali masjid Al Aqso dari pasukan salib bukanlah terjadi dengan instan tetapi merupakan produk sebuah generasi baru yang telah dipersiapkan oleh ulama hebat yaitu Imam al-Ghazali dan Abdul Qadir al Jilani.
Cara Imam al Ghazali dalam mengatasi kemunduran umat dengan lebih memfokuskan pada upaya untuk membersihkan kaum muslimin dari berbagai penyakit yang menggerogotinya dari dalam (seperti rusaknya aqidah) dan mempersiapkan kaum muslimin agar mampu mengembangkan risalah dakwah sehingga Islam merambah keseluruh pelosok bumi (Husaini, 2011).
Memperbaiki mental kaum muslimin merupakan strategi ampuh yang dilakukan oleh Imam al Ghazali dalam membentuk generasi yang tangguh. Imam Al Ghazali menancapkan mental Islam dalam diri kaum muslimin terutama kepada Shalahuddin al Ayyubi seperti aqidah yang kokoh, mencintai ilmu, kuat ibadah dan zuhud.
Hal yang sama terjadi pada Sultan Muhammad al Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel merupakan produk dari generasi yang dibina dengan baik. Berkat pembinaan dari ulama sehingga Muhammad al Fatih kecil telah menyelesaikan hafalan Al Quran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani (Hadi, 2014).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka kita akan dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana merancang dakwah kampus? Jawabannnya yaitu dengan memfokuskan strategi dakwah kampus kepada pembinaan mental mahasiswa muslim. Mental yang harus dimiliki oleh mahasiswa muslim yaitu keyakinan yang kuat kepada Allah, akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. beramal sholeh sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemashlahatan umat.
Selain itu, menurut Syarifuddin Jurdi (2008), dalam memaksimalkan potensi dakwah kampus dalam mewujudkan kejayaan umat maka dakwah kampus perlu mempertimbangkan tiga agenda penting yaitu: pertama, transformasi peran dakwah karena selama ini kegiatan dakwah kampus terkesan bersifat ekslusif sehingga dakwah begitu berat untuk diterima oleh masyarakat kampus dan masyarakat umum. Kedua, memperluas wilayah partisipasi mahasiswa dalam kegiatan dakwah yang diwujudkan dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan dakwah. Ketiga, lembaga dakwah kampus perlu melakukan early warning system sehingga memperkuat sensitivitas dan kesadaran terhadap persoalan umat.
Dakwah kampus harus ditata dengan sistematis sehingga misi dakwah dapat bekelanjutan. Agenda dakwah kampus harus dirumuskan untuk menjawab problematika umat yang dihadapi saat ini. Sehingga dakwah kampus mampu membentuk sistem sosial yang mengkondisikan umat ini untuk bangkit dari keterpurukan. Selain itu, diharapkan mahasiswa muslim yang memiliki mental yang sesuai Al Qur’an dan Sunnah dapat menjadi harapan baru untuk lebih memasifkan pergerakan dakwah ke depannya sehingga menjadi pioner kejayaan umat.
Penulis : Syamsir Abu Kholid (Ketua LDK MPM UNHAS 2013-2014)
Semoga bangsa kita siap menerima kebaikan sehingga menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur.
barakallahufik
menancapkan mental Islam dalam diri kaum muslimin seperti kepada Shalahuddin al Ayyubi seperti aqidah yang kokoh, mencintai ilmu, kuat ibadah dan zuhud.
barakallahufik