Gerhana matahari adalah tertutupnya piringan matahari oleh piringan bulan jika dilihat dari bumi karena bulan berada persis di tengah-tengah antara matahari dan bumi. Bulan, bumi, dan matahari, semuanya adalah benda langit yang terus bergerak. Bulan bergerak berlawanan arah jarum jam (jika dilihat dari atas) untuk mengelilingi bumi. Bumi pun demikian, bergerak berlawanan arah jarum jam untuk mengelilingi matahari. Bulan punya tiga putaran, berputar pada porosnya (berotasi) selama 27,3 hari, berputar mengelilingi bumi selama 29,5 hari (bulan sinodik), dan berputar bersama-sama bumi mengelilingi matahari. Adapun bumi punya dua putaran: berputar pada porosnya (berotasi) selama 24 jam, dan berevolusi mengelilingi matahari selama 365 hari. Gerak bulan dan bumi mengelilingi matahari digambarkan sebagai berikut:
Saat bumi bergerak mengelilingi matahari, di saat yang sama bulan juga bergerak mengelilingi bumi dan bersama-sama bumi bergerak mengelilingi matahari. Tentu dalam perjalanannya mengelilingi bumi dan matahari, akan tiba masa ketika bulan berada tepat di antara bumi dan matahari dalam satu garis lurus (fase bulan baru). Pada saat ini lah akan terjadi gerhana matahari.
Jika bulan mengelilingi bumi selama 29,5 hari (1 bulan Qomariyah), mengapa gerhana matahari tidak terjadi tiap bulan? Karena bulan bergerak dalam bidang orbitnya mengitari bumi dengan kemiringan sekitar 5 derajat dari bidang edar bumi mengelilingi matahari (bidang ekliptika). Walaupun bulan berada dalam fase bulan baru namun posisi bulan tidak berada tepat di bidang ekliptika, maka gerhana matahari tidak akan terjadi.
Garis edar bulan mengelilingi bumi berbentuk elips (bukan lingkaran), sehingga adakalanya posisi bulan sangat dekat dengan bumi (perigee) dan ada kalanya posisinya sangat jauh dari bumi (apogee). Ketika bulan berada posisi terdekat dengan bumi, dan di saat yang sama bulan berada di bidang ekliptika pada fase bulan baru, maka akan terjadi gerhana matahari total di bagian bumi yang terkena langsung bayangan bulan (umbra), yaitu gerhana yag seluruh piringan matahari tertutupi oleh piringan bulan jika dilihat dari bumi.
Di saat yang sama, bagian bumi yang hanya terkena bayangan semu bulan (penumbra), hanya akan terjadi gerhana sebagian, yaitu tertutupinya sebagian piringan matahari oleh piringan bulan jika dilihat dari bumi. Adapun ketika bulan berda dalam posisi terjauh dari bumi, maka yang terjadi adalah gerhana cincin, yaitu piringan bulan menutupi bagian tengah matahari sehigga bagian matahari yang tidak tertutupi oleh piringan bulan nampak seperti cincin. Jadi secara umum, ada tiga macam gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari cincin.
Hari Rabu, 9 Maret 2016, diberitakan akan terjadi gerhana matahari di Indonesia karena pada saat itu bulan berada di antara bumi dan matahari di bidang ekliptika dalam satu garis lurus. Gerhana matahari yang terlihat di Indonesia saat itu adalah gerhana matahari total dan gerhana matahari sebagian. Wilayah-wilayah yang akan dilalui gerhana matahari total mencakup 11 provinsi. Diantaranya Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Sedangkan kota-kota besar yang dilalui seperti Penarik, Palembang, Koba, Tanjung Pandan, Kendawangan, Pembuang, Sampit, Palangkaraya, Amuntai, Tanah Grogot, Balikpapan, Palu, Poso, Ampana, Luwuk, Ternate, Jailolo hingga Maba. Adapun daerah lain di Indonesia akan mengalamai gerhana matahari sebgaian.
Ketika terjadi gerhana matahari total, bumi tak terkena cahaya matahari beberapa saat sehingga suasana di bumi bagaikan malam hari, suhu bumi menurun, dan binatang segera beradaptasi seakan malam telah tiba. Waktu maksimal terjadinya gerhana matahari selama 7 menit 30 detik.
Berdasarkan penelitian, gerhana matahari terjadi tiap tahun paling sedikit dua kali dan paling banyak lima kali, namun di tempat yang berbeda-beda dan dengan jenis gerhana matahari yang berbeda-beda. Jika gerhana matahari dapat terjadi setiap tahun, megapa gerhana matahari hari Rabu 9 Maret 2016 nampak sangat istimewah? Pertama, karena inilah gerhana matahari total pertama di Indonesia di millenium ke tiga dan abad 21. Kita ketahui, tahun 2000 merupakan millennium ke tiga dan abad 21. Sejak tahun 2000, tak pernah sekalipun terjadi gerhana matahari total di Indonesia hingga hari ini.
Gerhana matahari total terakhir di Indonesia 24 Oktober 1995 (20 tahun yang lalu), itupun kurang terekspos media karena hanya terjadi di pulau Sangihe Sulawesi Utara. Gerhana matahari total yang terekspos luas oleh media juga pernah terjadi 11 Juni 1983, namun saat itu ada himbauan secara massif dari pemerintah orde baru kepada masyarakat agar tidak keluar rumah untuk menghidari kebutaan bila melihat langsung gerhana matahari. Kedua, gerhana matahari kali ini hanya bisa terlihat di daratan Indonesia. Terlebih, daerah yang dilalui cukup banyak, terdiri dari tiga pulau besar: Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, dan beberapa pulau dalam ukuran sedang: Bangka, Halamhera, dll. Serta melintasi 11 propinsi sebagaimana yang penulis tuliskan di atas. Bandingkan dengan tahun 1995 yang hanya melewati satu propinsi.
Gerhana total terdekat yang akan terjadi di Indonesia setelah tahun ini adalah 20 April 2023 (7 tahun ke depan) namun hanya melewati Indonesia bagian timur saja. Gerhana matahari total berikutnya 20 April 2042 (26 tahun dari tahun ini), hanya melwati Indonesia bagian barat saja. Gerhana matahari total tahun ini semakin istimewah karena bertepatan dengan hari libur nasional tanggal 9 Maret 2016 (hari Raya Nyepi).
Jika gerhana matahari total maksimal (sekitar 2-3 menit) pada tangal 9 Maret nanti, para ahli astronomi mengatakan bahwa tidak apa-apa melihatnya dengan mata telanjang karena saat itu cahaya matahari akan tertutupi oleh bulan sehinga tidak berbahaya bagi mata. Yang berbahaya bagi mata ketika piringan matahari belum tertutup penuh atau telah melewati batas maksimalnya sehingga cahaya matahari mulai nampak lagi. Ini bisa merusak mata karena mata tak mampu menahan besarnya intentitas cahaya matahari yang mengenai mata. Selama matahari tidak tertutup sempurna, setidaknya ada tiga cara yang dapat digunakan untuk tetap dapat menikmati fase-fase terjadinya gerhana tersebut, yaitu: dengan menggunakan teleskop yang dilengkapi fiter cahaya atau menggunakan kacamata matahari. Ketiga, bila tak memiliki kedua alat tersebut, bisa merakit sendiri alat sederhana yang diistilahkan ‘proyeksi lubang jarum’ (teknis perakitannya bisa dicari di google).
GERHANA MATAHARI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Bagi orang-orang Barat atau sekuler, apabila mereka telah mampu menjelaskan epistimologi gerhana matahari sebagaimana yang penulis jelaskan di atas, maka bagi mereka penjelasan tentang gerhana matahari total sudah cukup, titik. Namun sebagai muslim, penjelasan epistimologi gerhana matahari semacam itu, belumlah cukup, karena apapun yang terjadi di alam, semuanya terjadi atas izin Allah dan tentu akan ada syariat atau hikmah yang terkandung di dalamnya yang bisa meningkatkan keimanan. Di sinilah perbedaan worldview (cara pandang) ilmuan sekuler dan ilmuan muslim.
Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam masih hidup, juga telah terjadi gerhana matahari yang menjadi awal disyariatkannya sholat sunnah gerhana. Selama periode Mekah dan Madinah, telah terjadi delapan kali gerhana matahari sebagian, empat kali di periode Mekah: Senin 23 Juli 613 (29 Ramadhan 10 SH), Jumat 21 Mei 616 (29 Sya`ban 7 SH), Jumat, 4 November 617 (29 Safar 5 SH), dan Selasa 2 September 620 (29 Muharram 2 SH). Selebihnya empat kali di periode Madinah: Kamis 21 Juni 624 (29 Zulhijjah 2 H), Selasa 21 April 627 (29 Zulkaidah 5 H), Senin 3 oktober 628 (29 Jumadil Ula 7 H), dan Senin 27 Januari 632 (29 Syawal 10 H). Gerhana matahari yang terakhir inilah bertepatan dengan wafatnya salah seorang putra Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, Ibrahim, pada usia 22 bulan (1 tahun 10 bulan).
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dan sesungguhnya keduanya bukan terjadi gerhana karena meninggalnya seseorang. Akan tetapi, Allah ta’ala menakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengannya. Oleh karena itu, apabila kamu melihatnya, maka shalatlah dan berdoalah sehingga terbuka apa (gerhana) yang terjadi padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena gerhana matahari bertepatan dengan meninggalnya anak beliau, maka Rasulullah menegaskan bahwa gerhana matahari tak ada hubungannya dengan wafatnya seseorang, namun itu bagian dari tanda kekuasaan Allah. Bagi yang melihat gerhana (baik total maupun sebagian), disunnahkan untuk banyak berdzikir, istigfar, berdoa, dan sholat gerhana. Sholat gerhana disyariatkan dimulai saat gerhana mulai terjadi (piringan matahari mulia tertutupi oleh piringan bulan) dan berakhir saat matahari kembali bersinar secara sempurna.
Benda-benda alam, mulai dari yang besar (matahari, bulan, dan planet-pleanet) hingga benda kecil (elektron) adalah tanda keberadaan dan kebesaran Allah. Mereka beredar dengan begitu teratur dalam satu gerakan yang sama, berputar dari kanan ke kiri, berlawanan arah jarum jam (jika dilihat dari atas). Jadi benda-benda alam hanya punya satu gerakan yang ternyata sama dengan gerakan tawaf jamaah haji di masjidil haram, berlawanan arah jarum.
Ini pula tanda kebenaran kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan kebenaran Al Quran. Dalam surah Al Anbiya ayat 33, ”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. Rasulullah adalah orang yang ummi (tidak bisa membaca, menulis dan berhitung/astronomi), lalu bagaimana ia bisa tahu bahwa matahari dan bulan itu beredar menurut perhitungan di dalam garis edarnya?. Ini bukti beliau adalah benar Rasul Allah dan Al-Quran itu adalah dari Allah dan bukan karangan beliau.
Gerhana matahari juga Allah maksudkan untuk menghadirkan rasa takut manusia kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah begitu mudah untuk merubah suasana siang jadi malam, Allah begitu mudah mengatur-ngatur matahari dan bulan agar tidak bertabrakan, lalu susahkan bagi Allah untuk menjadikan mereka bertabrakan? Sebagaimana mudahnya Allah menjadikan manusia yang awalnya tidak ada dan menjadi ada, maka begitu muda pula bagi Allah untuk mematikan manusia dan menghancurkan seluruh jagad raya ini. Begitu mudah bagi Allah menjadikan kiamat terjadi:“Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai yang beterbangan, dan gunung–gunung seprti bulu yang dihambur-hamburkan”(QS. Al Qoriah: 2-5). “Apaila bumi diguncangkan dengan gucangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban berat yang dikandungnya, dan manusia bertanya apa yang terjadi di bumi ini? “(QS. Al-Zalzalah: 1-3).
Momen gerhana matahari, tak cukup jika hanya direspon dengan perasaan takjub lalu dijadikan objek wisata, namun harus menjadikan kita semakin takut dan dekat kepada Allah.
*Disampaikan dalam kuliah Umum Gerhana Matahari Dalam Perspektif Sains dan Islam oleh Dewan Mahasiswa Geografi FMIPA UNM bekerja sama dengan Study Club Al Idrisi Geografi UNM, Jumat,4 Maret 2016.
Oleh Andi Muh. Akhyar, S.Pd., M.Sc.
(Alumnus Program Pascasarjana Ilmu Fisika UGM dan Ketua Pengurus Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia)
Referensi:
Anugraha, Rinto. 2012. Mekanika Benda Langit. Yogyakarta: Jurusan Fisika FMIPA UGM.
Anwar, Syamsul. 2011. Interkoneksi Studi Hadits dan Astronomi. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Fauzan, Shalih Bin. 2013. Ringkasan Fiqh Lengkap. Bekasi: Darul Falah.
Hidayatulloh, Agus, et all. 2011. At- Thayyib, Al Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Perkata. Bekasi: Cipta Bagus Segara.
www.infoastronomi.org. Informasi Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. Diakses hari Kamis, Tanggal 3 Maret 2016.
www.kalastro.xyz/search/label/ Setelah 9 Maret 2016, Kapan Gerhana Matahari Total Terlihat di Indonesia.html. Diakses hari Kamis, Tanggal 3 Maret 2016
www.kalastro.xyz/search/label/Apa yang Istimewa dari Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016.html. Diakses hari Kamis, Tanggal 3 Maret 2016.