MAKASSAR – Departemen Kajian Strategis (Kastra) Pimpinan Daerah Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PD Lidmi) Makassar menghadirkan Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Dr. Budi Handrianto sebagai pemateri Workshop Pemikiran Islam, di Aula Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan km 10 Makassar, Ahad (29/9/2019).
Workshop ini mengangkat tema “Panduan Islamisasi Sains: Sejarah, Teori dan Aplikasi”, yang dihadiri oleh puluhan Mahasiswa yang berasal dari beberapa kampus di kota Makassar.
Dalam materinya, Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) bidang Islamisasi Sains ini mengawali kajian dengan mengupas kekeliruan konsep Sains Barat yang penuh dengan nilai-nilai Sekularisme.
Menurut dia, Barat telah mensekulerkan Sains dengan menganggapnya bebas nilai. Padahal, Sains hanya dibuat bebas dari nilai agama sedangkan nilai Sekularisme, Liberalisme, Atheis dan lainnya dipersilakan masuk.
“Sains dalam Islam harus dilandasi oleh nilai-nilai agama. Sebab objek kajian Sains, yakni alam bermakna secara harfiah pada penunjuk atau tanda. Sains barat hanya sebatas mempelajari alam sebagai media penunjuk, sedangkan Sains Islam mempelajari alam untuk mengetahui dan memaknai apa yang ditunjuk oleh alam, yakni Pencipta,” tutur Pria asal Pekalongan ini.
Maka menurut Ustad Budi sapaan akrabnya, seorang Saintis muslim seharusnya jika semakin mempelajari alam atau sains, maka keimanannya kepada Allah sebagai pencipta juga bertambah. “Alam merupakan ayat kauniyah atas adanya Pencipta sebagaimana Alquran sebagai ayat Qauliyah yang mengungkap segala sesuatu tentang Allah ta’ala,” tambahnya.
Sebab menurut Doktor Pendidikan Islam ini, alam diciptakan untuk dua tujuan, yakni mengantarkan manusia untuk mengenal Allah, dan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan yang dibenarkanNya. Maka tujuan pendidikan sains Islam lanjut dia, adalah sejalan dengan tujuan diciptakannya manusia, yakni untuk menjadi hamba Allah yang taat dan KhalifahNya di Bumi.
Ustad Budi kemudian memaparkan konsep dasar islamisasi sains, yakni dengan mengkaji ilmu-ilmu pengetahuan kotemporer yang ada, dilanjutkan dengan menemukan konsep dasar, gagasan dan kajian metodologi dari ilmu tersebut, kemudian menghilangkan unsur-unsur sekularisme dan nilai menyimpang lainnya, hingga akhirnya melahirkan satu konsep ilmu yang baru yang mengandung nilai-nilai ketuhanan.
“Sudah saatnya umat Muslim, khususnya adik-adik mahasiswa sebagai calon cendekiawan untuk melakukan gerakan islamisasi sains ini. Sebab kita harus mengembalikan kejayaan peradaban Islam yang pernah ada sebelum dinaturalisasi oleh Barat, dibangun dengan penguasaan atas ilmu pengetahuan,” tutupnya.
Workshop pemikiran Islam ini juga menghadirkan beberapa pemateri sehari sebelumnya, yakni Aswar Hasan selaku Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang memaparkan materi Kebangkitan Jurnalistik Islam, dan Syamsuar Hamka dengan materi Islamic Worldview dan Konsep Diin. (*rls)