Saudaraku, pernah merasakan kondisi seperti judul tulisan ini ? bagaimana rasanya ? sangat tidak mengenakkan bukan ? pastinya!. Yah begitulah adanya, apalagi harap- harap cemas itu tidak bisa diatasi oleh dokter dengan obat medis atau ramuan. Soalnya, harap- harap cemas itu erat kaitannya dengan hati. Harap- harap cemas ini biasanya terjadi karena si fulan atau fulana lagi menanti “sesuatu”, sehingga muncullah perasaan harap dan cemas tersebut. Memang, tabiat penantian itu membosankan, menyebalkan, dan menguras banyak emosi di jiwa, tetapi tentu seorang yang beriman harus senantiasa bersabar dan bertawakkal kepada sang Pencipta. Fase kehidupan manusia, memang akan senantiasa diuji dengan penantian demi penantian. Tidak hanya fase dunia ini saja, yang membuat kita harus bersabar dengan penantian- penantian yang ada. Fase- fase selanjutnya, kita akan banyak menanti dan menanti hingga status kita jelas, apakah kita termasuk golongan penghuni surga atau neraka. Perjalanan dan penantian yang sungguh sangat panjang dan melelahkan.
Dalam bahasa arab harap dan cemas dikenal dengan istilah Raghbah dan Rahbah. Raghbah adalah keinginan memperoleh sesuatu yang disukai, sedangkan Rahbah adalah ketakutan yang membuahkan tindakan menghindar dari yang ditakuti. Jadi, rahbah adalah rasa takut yang diringi dengan tindakan (Lihat Syarah Tsalatsatil Ushul, Syaikh Muhammad Bin Shalih Al- Utsaimin).
Allah telah mengisahkan tentang Zakaria dalam firman-Nya,
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (90)
”Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan Aku hidup seorang diri (tanpa keturunan, pen) dan Engkaulah waris yang paling baik. Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap (rogbah) dan cemas (rohbah) dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami”. (QS. Al Anbiyaa’: 89-90).
Dari ayat ini, Allah mengisahkan tentang Zakaria, istrinya dan Yahya yang selalu bersegera dalam melakukan ketaatan dan mendekatkan diri pada Allah. Allah memuji mereka karena mereka berdoa kepada Allah dengan mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, serta dengan merendahkan diri kepada-Nya. Mereka menyembah Allah dengan berbagai bentuk ibadah tersebut. (Lihat Aysarut Tafaasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi). Maka saudaraku, perhatikanlah dalam ayat yang mulia ini, Allah mensifati para hambanya yang ikhlas yaitu yang beribadah dan berdo’a kepada-Nya dengan rasa harap dan cemas (rogbah dan rohbah) serta merendahkan diri (khusyu’) kepada-Nya.
Kondisi sekarang, banyak faktor yang membuat seseorang harap- harap cemas. Namun, ada satu hal yang penulis harap- harap cemaskan, dan mungkin mayoritas kita juga pasti mengalami hal ini. Apakah itu ? yah itu dia. Dia adalah RAMADHAN. Kuharap- harap cemas menanti ramadhan, tamu yang istimewa, tamu yang agung nan suci yang kedatangannya dirindukan dan kepergiannya ditangisi dan disesali. Allahumma balligna Ramadhon. Doa yang senantiasa terlantun dari lisan hamba- hamba yang beriman. Ramadhan tinggal menghitung hari, namun tidak ada jaminan bahwa kita akan berjumpa dengannya tahun ini. Boleh jadi, kematianlah yang mendahului Ramadhan menyapa kita. Untuk itu, kekuatan doa, niat yang tulus, tekad yang kuat, harap dan cemas, harus bersatu padu dalam menanti kedatangan bulan suci Ramadhan. Semoga pengharapan dan kecemasan kita dalam menantinya, berujung dengan perjumpaan dengannya, mengantarkan kita menuju kebahagian dunia dan akhirat dalam naungan ridho-Nya. Amin
Maraji’
Syarah Tsalatul Ushul Syaikh Muhammad Bin Shalih Al- Utsaimin
Berakhir, di Rumah Inspirasi
Jln. Cendrawasih- Makassar
14 sya’ban 1437 H pukul 16.02 WITA
Akhukum Abu Muhammad ( ketua LIDMI Makassar)