Makassar -Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari kiprah para Ulama di Nusantara, utamanya pada abad 15 dan 16.
Saat itu Indonesia sedang berada dalam kungkungan kolonialisme Belanda.
“Pada abad 15 hingga 16 peran Ulama sangat besar. Tercatat ketika para ulama yang baru pulang dari kota Mekkah pada saat itu memulai konsolidasi ummat dan bangsa agar perjuangan kemerdekaan Indonesia terarah,” papar Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sulsel Dr. Rahmat Abdulrahman saat mengisi materi Webinar Pemikiran Islam Nasional, Ahad (16/08/2020).
“K.H Ahmad dahlan mendirikan Muhammadiyah, K.H Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdatul Ulama, Syech Ahmad Sukati mendirikan Al-Irsyad,” lanjutnya.
Ketua harian DPP Wahdah Islamiyah ini juga menambahkan terkait peran dan sumbangsih kaum santri, dengan militansi dan kesederhanaan teguh menolak para kolonialis di negeri ini.
“Sejarah negara kita sudah mengatakan para pejuang yang paling militan menolak kekuasaan asing di tempat ini atau wilayah ini adalah kaum santri dengan persenjataan yang sangat sederhana dikenal sebagai bambu runcing sebagai simbol perjuangan,” tutur dia.
Cendekiawan Sulsel ini juga menerangkan terkait peran tokoh Islam ketika memasuki fase diplomasi yang sampai harus rela keluar negeri untuk meyakinkan kepada semua negara bahwa Indonesia adalah bangsa merdeka.
“Pada perjuangan diplomasi inilah kita melihat para tokoh Islam begitu getol memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, mereka berdiplomasi dengan para penguasa, dari Belanda bahkan sampai pemerintahan Jepang. Di luar negeri mereka meyakinkan negara-negara luar bahwa kita adalah bangsa yang merdeka,” jelasnya.
Di tengah pemaparan materi, ustaz Rahmat menerangkan peran salah satu tokoh Islam yang fenomenal yakni M. Natsir dalam memberikan sumbangsih di tengah fase eksistensi Indonesia sebagai negara yang baru merdeka.
“Fase perjuangan eksistensi NKRI, seorang tokoh umat yang terkenal dari partai masyumi pada waktu itu, Mohammad Natsir, mengusulkan mosi integral NKRI pada 3 April 1950 dan diterima secara aklamasi hingga saat ini,” terang ustaz Rahmat.
Sebelum mengakhiri pemaparan materi, Kepada seluruh peserta webinar dia memberikan pesan yang sangat dibutuhkan oleh generasi penerus bangsa, adalah Ilmu pengetahuan dan persatuan.
“Dengan ilmu pengetahuan kita lebih paham apa yang dibutuhkan negara kita, sumber daya lebih mudah dikelola dan tidak mudah diperbodoh oleh negara lain. Jangan mau dipecah-belah dan tentu saja intelektual sangat menentukan,” tutupnya.
Laporan : Fahmi Adiansyah