Musuh musuh islam tidak dapat mengalahkan perjuangan kaum muslimin dengan kekuataan fisik. Penjajah tidak sanggup meski dengan senjata yang semakin maju. Tanah-tanah milik kaum muslimin mulai merdeka satu demi satu dengan semangat jihad. Namun penjajahan belum berhenti hingga hari ini untuk menundukkan kaum muslimin.
Dengan kemampuan perang fisik umat islam tak dapat dikalahkan sepenuhnya. Musuh islam mencari berbagai celah agar ummat ini dapat takluk. Mereka mencoba berbagai cara dengan dengan berbagai peralatan canggih. Setelah berbagai kegagalan, mereka akhirnya menemukan cara yang cukup efektif merusak kaum muslimin yaitu perang pemikiran.
Perang pemikiran seperti namznya perang yang bertujuan merusak pikiran dan akal. Ibnu Qayyim rahimahumullah mengatakan, “Akal adalah raja, sedang ruh, panca indera dan seluruh anggota badan adalah sebagai rakyatnya. Jika akal rusak maka kehancuranlah yang akan dirasakan oleh seluruh rakyatnya”. Sangat jelas perkataan ibnu Qayyim rahimahumullah tentang akal yang rusak akan merusakkan tindakan dan ucapan. Sehatkah fikiran seseorang muslim yang membenarkan LGBT ?. waraskah fikiran orang mengaku muslim tapi melindungi penghina qur’an ?. Tentunya jawabannya sangat jelaslah fikiran mereka rusak dan sakit.
Kaum penjajah , bahkan telah memberikan pengakuannya terhadap perang pemikiran untuk mengalahkan Islam . Louis IX dalam perang salib berkata “Tiada jalan menewaskan orang Islam dengan kekuatan perang. Pegangan agama mereka dengan Islam mendorong mereka melawan dan berjihad. Oleh itu, ia mesti dilakukan dengan cara lain, yaitu menukar pemikiran Islam dan menjinakkan orang Islam melalui cara serangan pemikiran. Caranya ialah ilmuwan Eropa hendaklah melakukan kajian tentang Islam, mengambil senjata baru yang digunakan untuk menyerang pemikiran Islam.”. zwimmer seorang berkata “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim sebagai seorang kristen… Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar hawa nafsu (walaupun mereka muslim).”
Berbagai bentuk perang pemikiran telah direncanakan musuh Islam. Mulai dengan pendangkalan aqidah yang dapat menyebabkan pemurtadan tidak langsung. Penyebaran keragu-raguan terhadap kebenaran Islam. Merusak moral kaum muslimin dengan budaya-budaya maksiat dan bertentangan dengan islam. Memberikan berbagai label-label yang merusak citra seorang muslim seperti ekstrimis, radikalis dan teroris. Membayar kaum munafik untuk menyesatkan pemikiran kaum muslimin.
Orientalis dapat dianggap sebagai prajurit intelektual dalam perang pemikiran. Mulai dari memanipulasi penulisan sejarah, sampai mendidik kaum muslimin . hari ini kitapun menyaksikan perbuatan mereka. Banyak sejarah yang tidak adil terhadap kaum muslim,.bahkan menyudutkan kaum muslim. Banyak juga murid Orientalis hari ini yang bahkan mengaku sebagai intelektual muslim.
Kampus: medan perang interlektual
Kampus merupakan tempat berkumpulnya para intelektual. Tempat dimana dosen dan mahasiswa saling berbagi ilmu pengetahuan. Membaca, menulis, berdiskusi, kuliah yang semuanya adalah kegiatan untuk memupuk intelektualitas.
Kampus dianggap sebagai ikon tertinggi bagi mereka yang disebut berpendidikan. Dosen dianggap sebagai ringkatan guru tertinggi. Begitupun, mahasisiwa yang dari nama nya berarti siswa tertinggi.
Kaum muslimin juga menganggap kampus merupakan tempat menuntut ilmu yang sangat penting. Berbagai kampus yang berlabelkan islam di bangun. Ilmu yang diajarkankanpun bukan hanya ilmu agama, namun ilmu dunia juga diajarkan. Beasiswa digeelontorkan dalam dan luar negerti guna meningkatkan pendidikan kaum muslimin. Bahkan, di negeri islam kampus umum juga mengajarkan kuliah pendidikan agama islam. Semuanya lahir untuk menghasilkan generasi Islam yang berpendidikan.
Buku “Ada pemurtadan di IAIN” karya ustadz hartono ahmad jaiz hafizahullah tiba-tiba menyentak perhatian kaum muslim di kampus. Buku yang mengungkapkan berbagai kejadian dan peristiwa tentang pemurtadan terselubung di kampus IAIN- sekarang disebut UIN-. Sebuah kampus dengan label islam, namun kurikulumnya merusak islam, tentu saja merupaan hal yang ironis.
Kasus pelecehan takbir dengan perkataan “Anjing huakbar” dalam sebuah acara ospek menjadi salahsatu fokus buku tersebut. Momen penghinaan tersebut terjadi diIAIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam acara ta’aruf (pengenalan) dengan mahasiswa baru September 2004. Hingga hari ini kita masih dapat menyaksikan videonya tersebar di Internet. Kitapun hari ini dapat menyaksikan dengan jelas penitaan tersebut, walaupun beberapa pihak mengadakan pembelaan terhadap mereka.
Sikap beberapa dosen dan petinggi kampus yang melindugi para penista. Pembelaannya pun tidak tanggung-tanggung sampai disisarkan di TV. Lebih jelas lagi, dekan Ushuluddin IAIN Bandung berbicara di acara kontroversi di TV 7 di suatu malam menjelang Iedul Fitri 1425H untuk membela mereka para penista. Kejadian tersbut lantas menunjukan kepada kita kerusakan bersama dosen dan mahasisiwa IAIN. Kasus tersebut hanya puncak dari gunung es, dimana masih banyak yang lebih parah, namun belum tampak.
Ustadz hartono pun mengungkapakan banyak petinggi dan dosen yang berusaha merusak IAIN. Beliau menyatakan dalam bukunya “Upaya menyelenehkan IAIN itu masih ditambah dengan petinggi-petinggi atau dosen-dosen IAIN lainnya yang gigih memasarkan kenyelenehan, di antaranya seperti Abdul Munir Mulkhan dan Amin Abdullah di IAIN Yogya dan Muhammadiyah Yogya, Mathar dan Taufik Adnan Amal di IAIN Alauddin Makassar dan nama-nama lain yang tak sulit dijumpai di berbagai IAIN, STAIN, dan Perguruan Tinggi Islam lainnya. Hanya saja tentu tidak semuanya nyeleneh,”
Buku yang lahir karena kepedulian beliau terhadap perguruan tinggi islam. Beliau sendiri merupakan Alumni IAIN yogyakarta yang terus memperhatikan perkembangan IAIN dan turut merasakan langsung. Beliaupun mengungkapkan berbagai kurikulum yang menyimpang seperti: tafsir heurmeutika, pemikiran-pemikiran oreientalis, sepilis (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme). Buku ini pun menjadi saksi bahwa di kampus masih ada perlawanan dari intelektual muslim.
Oleh karena itu, kasus-kasus yang sejatinya kasus perang pemikiran di kampus harus segera menjadi perhatian kaum muslim. tanpa perhatian kaum muslimin kasus-kasus diatas akan berulang dan mungkin akan menjadi lebih parah. Umat islam harus segera langkah dan bergerak untuk menghalau musuh-musuh Allah.Oleh: