Palestina adalah kota Suci umat Islam. Kota yang telah dibuka oleh Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Kota yang telah direbut oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Dan Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam. Palestina memendam ribuan sejarah umat Islam. Palestina menyimpan jutaan kisah kegemilangan umat Islam. Palestina adalah saksi sejarah, Syariat Islam ditegakkan di sana. Palestina adalah negeri damai yang diagungkan nama-nama Allah di dalamnya.
Palestina adalah bumi yang diberkahi, Allah telah menjadikanya sebagai tempat turunnya risalah-risalah (kenabian), tempat berhimpunnya kebudayaan, tempat hijrah para Nabi-Nya. Di Palestina terdapat kiblat pertama dan tempat di isra’kannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di dalamnya pula Dajjal akan binasa melalui tangan Isa Al-Masih ‘Alaihis Salam, dan di Palestina juga Ya’juj dan Ma’juj dibinasakan. Serta di dalamnya pula, bebatuan dan pepohonan akan berkata, “Wahai muslim! Wahai hamba Allah ! Ini ada Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia!”, maka Yahudi-pun akan binasa melalui tangan hamba-hamba Allah yang shalih di bumi Palestina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami seluruh Nabi di Masjid Al-Aqsa, agar Imamah (kepemimpinan) dan qiyadah (kekuasaan) untuk Islam pada Masjidil Aqsha tetap langgeng bagi seluruh makhluk. Selama perputaran sejarah, kerajaan-kerajaan dan negeri-negeri saling bermusuhan untuk memperebutkannya, mereka saling membinasakan dan mengalahkan dalam rangka menguasainya dan mendudukinya. Dikarenakan Palestina adalah bumi Allah yang terpilih, dan Allah memilihnya sebagai tempat hijrah bagi Kalil (kesayangan)-Nya Ibrahim ‘Alaihis Salam dan Kalim-Nya (Kalim= Orang yang diajak bercakap) yaitu Musa ‘Alaihis Salam, sebagai tempat kelahiran Isa ‘Alaihis Salam dan tempat isra’nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akan tetapi, kota itu telah dinodai dengan kedatangan para zionis yahudi. Kota itu tengah dikotori oleh gempuran Israel yang tidak henti-hentinya menumpahkan darah kaum muslimin. Negara itu sedikit demi sedikit dicaplok. Kemerdekaan kaum muslimin dirampas. Hak-hak mereka dihancurkan. Mereka setiap harinya hidup di bawah dentuman bom dan desingan peluru yang membabi-buta.
Ketahuilah umat Islam, saat para lelaki di belahan bumi lain tengah santai merapikan dasinya. Para mujahidin Palestina sedang serius mengisi senjata mereka dengan peluru. Saat kita menikmati tetesan-tetesan keringat olahraga di pusat fitness, para lelaki palestina sedang getir menyapu tetesan-tetesan darah yang mengucur di kepala mereka. Jika Para wanita tengah sibuk menenteng tas-tas mereka di mall-mall, para wanita palestina sedang sibuk memecah-mecah batu untuk dijadikan peluru bagi suami-suami mereka. Jika Mereka Sedang asyik menyeruput teh manis di pagi yang tenang. Kaum muslimin di palestina sedang meronta-ronta karena anak-anak mereka terkena percikan bom kimia yang melepuhkan wajah serta kulit-kulit mereka.
Dalam kacamata Islam, kondisi ini dikenal sebagai zaman fitnah, zaman ujian, zaman terasingnya ajaran Islam dari pemeluknya sendiri. Tidak lain karena gelombang globalisasi telah ‘menyeret’ manusia mencampakkan nilai-nilai ilahiah agama. Parahnya, itu pun dilakukan tanpa sadar, bahkan dengan kebanggaan. Betapa banyak pemuda yang hanya dengan alasan trend, rela merogoh kocek dalam-dalam. Karena alasan gaul, tanpa sadar telah kehilangan jati diri sebagai muslim. Ajaran Islam pun sedikit demi sedikit ditinggalkan. Sementara orang-orang yang berusaha mengamalkan Islam di-stigma-kan sebagai orang kolot, tidak ikut perkembangan zaman.
Zaman ini telah disebutkan oleh Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam, “Suatu zaman di mana siapa yang memegang teguh agamanya seperti menggenggam bara api”. Digenggam terlalu keras akan terbakar. Dilonggarkan, malah terlepas. Akan tetapi di tengah zaman fitnah itu, Nabi Shallahu alaihi wa sallam tidak membiarkan umatnya terombang-ambing dalam badai fitnah. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Kutinggalkan kepada kalian dua perkara, barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, Kitabullah (al-qur’an) dan Sunnahku.” (HR. Bukhari).
Ya, itulah jalan keluar yang telah disampaikan beliau Shallahu alaihi wasallam. Jalan yang lurus dan tidak akan ada keselamatan kecuali berpegang teguh kepada keduanya. Dialah Alquran dan Sunnah beliau shallalahu alaihi wasallam. Dengan berpegang teguh kepada keduanya, gelombang fitnah akan dapat diatasi. Oleh karena itu untuk melawan badai fitnah itu diperlukan perjuangan mengembalikan umat kepada kemuliaannya. Perjuangan melawan fitnah akhir zaman. Dan sinyal Nabi Shallallahu alaihi wasallam di atas telah tergambarkan secara nyata bahwa prioritas perjuangan adalah dengan Alquran dan Sunnah. Allah subhanahu wata’ala menjelaskan, yang artinya:
“… Dan Berjihadlah dengannya (Al-qur’an), dengan jihad yang besar.” (Terjemahan Surah Al-Furqan: 52).
Demikian Allah menyebutkan, jihad yang paling tepat adalah jihad dengan Alquran. Membaca mempelajarinya, mengamalkan dan medakwahkannya. Serta terakhir, bersabar di atasnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu di tengah problema yang melanda umat, menyebutkan bahwa usaha islahul ummah (perbaikan umat) ditempuh dengan dua jalur utama.
Pertama, Tashfiyah (purifikasi/pemurnian). Pembersihan atau pemurnian kembali segala macam bentuk keyakinan kaum muslimin yang terjangkiti SEPILIS (Sekularisme Pluralisme dan Liberalisme) serta TBC (Tahayul, Bid’ah dan Churafat). Karena kita mengetahui bahwa tidak akan kembali kejayaan itu kecuali dengan usaha dan kerja keras dalam mengembalikan keyakinan umat kepada fitrah tauhid. Fitrah islam.
Kedua, Tarbiyah. Pembinaan pribadi atau individu-individu agar mengenal Allah Azza Wa Jalla dalam Tauhidullah, Rububiyah, Uluhiyah dan Asma dan Sifat-sifat-Nya serta seluruh konsekuensi atasnya. Usaha ini dilakukan dengan pembinaan intensif kepada para generasi muslim untuk menumbuhkan karakter dan kepribadian yang utuh dalam keimanan, aqidah, akhlaq dan tsaqofah. Sehingga akan muncul kesiapan dalam menjalankan perintah Allah Azza Wa Jalla. Kesiapan memikul amanah ibadah dan berjuang menegakkan kalimat tertinggi-Nya.
Perjuangan itu adalah Perjuangan aqidah, karena Allah sendiri telah menggariskan, kekuatan aqidah. Aqidah yang shahih, bersih dan murni yang tidak tercampuri dengan kesyirikan dan kedzhaliman sedikit pun, serta dilandasi dengan ilmu yang terang sebagai sumber kemenagan umat Islam. Allah telah menyebutkan dalam firman-Nya, yang artinya:
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan beramal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun…” (Terjemahan Surah An-Nur: 55).
Allah menegaskan syarat untuk menjadikan orang-orang beriman dan beramal shalih adalah hanya satu, ya’buduunanii walaa yusyrikuuna bihi syai-a’. “Menyembah Allah dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apa pun”.
Itulah kunci kemenangan, kunci yang membuat pasukan Shalahuddin Al-Ayyubi Mengembalikan Al-Quds ke pangkuan kaum muslimin. Kunci yang membuat Konstatinopel takluk dalam serangan armada laut Sultan Muhammad Al-Faatih. Memindahkan 70 kapal lautnya menyeberangi selat Bosphorus ke Selat Tanduk Emas (Golden Horn) melewati gunung hanya dalam waktu satu malam. Kunci yang membuat Andalusia Tunduk tak berdaya di bawah ekspedisi jihad di bawah panji Thariq bin Ziyad radhiyallahu anhu. Kunci yang Membuat Persia di ufuk Barat, dan Romawi di ufuk Timur tumbang. Dan keduanya tidak menyisakan apa-apa sampai hari ini kecuali bangunan dan kisah-kisah saja.
Ketika para sahabat mendapatkan tekanan yang begitu kuat di Mekkah sehingga ada di antara mereka yang menemui kematian, seperti keluarga Yazir, Khubaib bin Adiy, juga sahabat yang lain Radhiyallahu ‘Anhum disiksa dengan siksaan yang begitu berat, termasuk sahabat Khabbab ibnul Arats Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau ditindih dengan batu yang dipanaskan maka, beliau datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata:
“Ya Rasulullah, apakah kau tidak mendoakan kemenangan bagi kita sekarang ini?”
ketika itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sedang duduk bersandar di Kabah, begitu mendengar perkataan sahabat ini, beliau bukan malah kasihan terhadap sahabat-sahabat beliau yang mengalami intimidasi, tetapi tiba-tiba beliau bangkit dari duduknya dan wajah beliau merah, marah dan berkata;
“Sesungguhnya di antara umat sebelum kalian ada orang yang disisir dari besi sehingga terpisah dagingnya dengan tulang, ada orang yang digergaji dari kepalanya sampai bawah dan terbelah dua tubuhnya, namun mereka sama sekali tidak mundur dari agama mereka. Demi Allah, sesungguhnya Dia akan menyempurnakan agama ini sampai akan berjalan seorang musafir dari Shan’a ke hadarul maut, dia tidak takut kecuali kepada Allah dan kepada srigala yang akan memakan dombanya”. (HR. Bukhari).
Wallahu A’lam Bishshawab.
-Selesai-