KENDARI – Mengisi hari pahlawan, Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) Kendari bersama Forum Muslimah Dakwah Kampus (FMDK) Kendari mengadakan Seminar Nasional Integrasi Islam dan Kebangsaan.
Seminar dengan tema “Refleksi Nilai-nilai Kepahlawanan Pejuang Muslim dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia; Lahirkan Generasi Muslim yang Siap Menyempurnakan Kemerdekaan Indonesia” ini digelar di Auditorium Mokodompit, Universitas Halu Oleo (UHO) Pada Sabtu (16/11/2019) yang didukung oleh beberapa lembaga dakwah kampus se-Kota Kendari.

Kegiatan yang diikuti 900 peserta ini menghadirkan pemateri Dr. Tiar Anwar Bahtiar, yang merupakan pakar sejarah Indonesia dan penulis buku-buku sejarah juga Dosen Universitas Padjadjaran. Selain itu, turut dihadirkan pula Dosen Pendidikan Sejarah UHO, Ahmad, M.Pd sebagai pemateri pula. Peserta bukan hanya berasal dari kalangan mahasiswa, akan tetapi juga dari kalangan umum bahkan dosen.
Dalam Sambutannya, Dr. Monto Bauto yang merupakan Dosen Fisip UHO sekaligus membuka kegiatan mengatakan, bahwa kegiatan ini sangat penting bagi generasi milenial saat ini. Mengingat maraknya isu radikalisme dan terorisme, Dr. Monto Bauto mengingatkan kepada masyarakat agar tidak termakan oleh isu terkait hal tersebut apabila sampai menyudutkan Islam.

Dr. Tiar Anwar selaku pemateri pertama menjelaskan tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia mengatakan, bahwa kemerdekaan Indonesia tak lepas dari perjuangan orang-orang islam. Ia menjelaskan bahwa asal-usul kata nasionalisme berasal dari timur yang dibawa oleh umat Islam yang melakukan ibadah haji.
“Jadi salah kalau orang beranggapan bahwa Islam itu radikal. Padahal kemerdekaan Indonesia tak lepas dari perjuangan orang-orang islam. Banyak bukti, mulai dari munculnya tokoh-tokoh dari orang Islam, munculnya organisasi Islam sebelum kemerdekaan, kata takbir dalam perang dan masih banyak lagi,” jelas pakar sejarah Indonesia ini, Dr. Tiar Anwar.
Pemateri Kedua, Ahmad, M.Pd membawakan materi tentang sejarah kemerdekaan di Sulawesi Tenggara (Sultra). Ia mengatakan pula, bahwa kemerdekaan Indonesia di Sultra tak lepas dari perjuangan para muslim. Terlihat dari kerajaan-kerajaan yang di Sultra bercorakka Islam.

“Oleh sebab itu, menyerang Islam dengan isu-isu terorisme, radikalisme, intoleransi, anti-NKRI, anti-Pancasila adalah tindakan yang kontra produktif dalam membangun narasi dan mengokohkan nasionalisme Indonesia. Sebaliknya, negara harus semakin intensif menggali khazanah Islam di Indonesia untuk memperkaya ikatan nasionalisme baru yang lebih relevan dalam menghadapi situasi zaman yang semakin terdesak oleh globalisme.” pungkasnya. []