GOWA – Bermaksud mengikuti kegiatan yang dibawakan dua pengajar dari Al-Mustafa University of Iran di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN), Samata, Kabupaten Gowa, Rabu (27/12), rombongan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS), dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Islam (LPPI) Indonesia Timur, serta Laskar Pemburu Aliran Sesat (LPAS), dicegat panitia penyelenggara.
“Alasannya hanya dosen dan mahasiwa UIN yang bisa masuk,” kata Ketua ANNAS Sulsel, Farid Ma’ruf Nur, saat ditemui.
Ia mencurigai kedua warga Iran itu sengaja didatangkan untuk menyosialisasikan ajaran Syiah mereka, yang dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah dinyatakan sesat dan menyesatkan.
Tim dari Forum Pegiat Media Islam (Forpemi) Sulsel juga mendapatkan penolakan, padahal mereka bermaksud untuk melakukan peliputan.
“Mohon maaf, ini kegiatan tertutup bagi media,” kata salah seorang dosen yang sengaja turun dari meja utama pembicara dan langsung menghampiri.
Dua warga Iran yang didatangkan itu bernama Ghasem Muhammadi dan Ebrahim Zargar.
Mereka sudah beberapa hari di Makassar, dan di ruang Lecture Theatre UIN Alauddin, Samata itu, keduanya menjadi pembicara dalam rangka peringatan maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam.
Namun, yang membuat Ketua LPPI Indonesia Timur, KH M Said Abd Samad, tidak terima pernyataan lantaran saat berdialog sebelum membawakan materi, orang Iran memfitnah rombongan LPPI, ANNAS, dan LPAS, anti Palestina.
“Tetapi yang kami sayangkan, kenapa pihak UIN memberikan ruang kepada orang Syiah ini, padahal sudah sangat jelas fatwa MUI tentang kesesatan Syiah. Ini yang kami tidak terima sebentarnya,” tutur Kyai Said.
Fery, salah seorang peserta yang mengikuti kegiatan itu, mengungkapkan kedatangan orang Iran itu memang bagian dari sosialisasi paham Syiah, sebab penyampaiannya berisi sanjungan kepada Khomeini dan negara Iran.
Editor: Rustam Hafid