Universitas menurut tri darma perguruan tinggi, sekurang-kurangnya melaksanakan tiga tugas utama. Pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Demikian halnya universitas Islam, yang juga punya peran dalam mengembangkan tri darma tersebut.
Salah satu sisi yang harus dikembangkan universitas adalah karakter kebangsaan alumni. Dimana marak terjadi gerakan – gerakan ekstrimis justru menyasar kalangan masyarakat kampus. Sehingga universitas harus mampu mengembangkan paradigm pendidikan yang melahirkan karakter yang yang punya dedikasi terhadap bangsa dan agama.
Hal itulah yang dilakukan oleh jajaran pengelola Universitas Islam Makassar yang menyelenggarakan Kuliah Umum bertema karakter kebangsaan. Kuliah umum yang menghadirkan wakil Ketua DPR-RI, Dr. H. Fadli Zon, S.S, M.Sc.
Bertempat di Auditorium KH. Muhyiddin Zain dipadati ribuan peserta hingga ke balkon lantai dua. Acara dimulai pukul 09.00 hingga Pukul 13.00 WITA. Acara itu dihadiri oleh Rektor UIM Makassar, Dr. Majdah Zain, dan dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Ir. H. Agus Arifin Nu’mang.
Dalam kuliahnya, Fadli mengutarakan pentingnya penguatan karakter kebangsaan terutama dalam tantangan globalisasi terutama dua hal utama, sejarah dan budaya. “Seseorang yang tidak mengetahui sejarah dan budaya bangsa, maka ia tidak akan mampu memimpin dengan benar. Sebab masa depan dibangun oleh tonggak masa lalu dan masa yang mewariskan budaya dan sejarah”, pungkasnya.
Selain itu ia juga menyoroti pentingnya Universitas untuk melahirkan calon pemimpin – pemimpin yang berkarakter kuat (strong leadership). Apalagi bangsa Indonesia sekarang banyak dibuat bingung dengan berbagai isu – isu yang tidak tepat dalam menyelesaikan persoalan. “Salah diagnosa, salah obat. Karena salah obat, penyakitnya tidak sembuh”, tuturnya. Itu-lah yang terjadi dalam kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Yang diangkat katanya adalah isu kebhinekaan, padahal Bhineka di Indonesia sudah lama terjadi. Yang menjadi masalah adalah penegakan keadilan.
Kuliah yang di-moderatori oleh Prof. Hamdan Juhannis, Ph.D. tersebut menekankan pentingnya pembentukan karakter kebangsaan. Dan salah satu institusi yang berperan adalah universitas Islam itu sendiri. Apalagi Islam dan NKRI sudah menyatu dari awal keberadaan bangsa Indonesia. Sehingga, keliru jika menafikan peran Islam dalam NKRI. “Bangsa ini hadir oleh peran Ulama yang duduk di panitia Sembilan dan menerima secara lapang dada penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta,” pungkas Pria kelahiran Jakarta tahun 46 tahun yang lalu itu. (elf)