Lidmi.or.id – Forum Tadabur yang digelar secara daring pada 25 Juni 2025 oleh Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (Lidmi) menyoroti eskalasi konflik terkini Iran-Israel dalam konteks kepentingan umat Islam.
Forum ini mengangkat tema “Konflik Iran-Israel : Ujian Umat, Ketegangan Regional atau Ancaman Global bagi Dunia Islam?”.
Di sela-sela diskusi, dibahas bagaimana krisis di Timur Tengah itu memengaruhi stabilitas regional serta posisi umat Ahlusunnah.
Narasumber mencatat bahwa sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023, “kelompok yang didukung Teheran dari Lebanon hingga Yaman menyerang Israel” dalam apa yang disebut Menteri Pertahanan Israel sebagai Perang Tujuh Front.
Situasi inilah yang menjadi latar belakang forum, dengan tujuan menelaah dampak konflik terhadap dunia Islam dan merumuskan respon independen umat Muslim.

Tujuan Utama Forum
- Menganalisis dinamika konflik Iran-Israel dalam perspektif umat Islam dan geopolitik global.
- Menegaskan pentingnya independensi politik Ahlusunnah tanpa terjebak dalam polarisasi kekuatan besar.
- Mendorong kesolidan kaum Muslim dalam mendukung perjuangan Palestina berdasarkan prinsip keislaman.
- Merumuskan langkah advokasi aktif dari masyarakat sipil dan mahasiswa untuk kebijakan luar negeri yang berwawasan Islam.
Pandangan Narasumber Utama
Forum menghadirkan tiga narasumber kunci yang menyampaikan perspektif masing-masing :

Ustaz Pizaro Gozali, Ph.D. (Cand) – Jurnalis dan Dosen Hubungan Internasional Universitas Al Azhar Indonesia.
Pizaro menekankan bahwa umat Islam harus melihat konflik ini “dari lensa keislaman” dan tidak semata-mata terjerat oleh narasi kekuatan dunia.
Ia menyerukan independensi strategis Ahlusunnah, agar kebijakan politik tidak sekadar berpihak pada negara tertentu, melainkan berpijak pada prinsip keadilan dalam Islam.
“Umat Islam wajib mempertimbangkan kepentingan umat secara keseluruhan, bukan hanya kepentingan politik satu pihak,” ujarnya.

Syaikh Sohaib Abu Yahya – Ulama Palestina yang berbicara tentang pentingnya persatuan umat dan logika rabbani dalam menyikapi peran Iran.
Sohaib mengingatkan bahwa perbedaan mazhab tidak seharusnya menghalangi solidaritas.
Ia menegaskan bahwa umat Islam perlu melihat Iran lebih sebagai pihak yang menantang Israel daripada sebagai musuh sesama Muslim.
“Kita diajak bersatu, tidak melihat Iran sebagai musuh, tapi sebagai penantang Israel,” tegasnya, menggarisbawahi perlunya pandangan rasional (rabbani) agar gerakan Muslim tetap kohesif.

Ustaz Ilham Jaya Abdurrauf, Lc., M.A. – pengamat politik Islam yang menyoroti rekam jejak kelompok proksi Iran.
Ia memaparkan bahwa dalam konflik Suriah, Yaman, dan Irak, telah terlihat jelas bagaimana jaringan milisi pro-Iran berperan selama beberapa dekade.
Menurut Ilham, kelompok milisi Syiah seperti Hizbullah di Lebanon dan militia Iraq yang didukung Iran, serta gerakan Houthi di Yaman, merupakan hasil perluasan pengaruh Iran di kawasan.
“Pendukung Iran di Suriah, Yaman, dan Irak seringkali menjadi aktor di balik kekerasan berkepanjangan,” kata Ilham, mengingatkan bahwa keterlibatan proksi-proksi ini memperkeruh konflik regional.
Berdasarkan laporan internasional, sebagian analis menilai bahwa kekuatan proksi Iran justru saat ini melemah.
“Proksi Iran yang tersisa, termasuk Houthi di Yaman dan milisi Syiah di Suriah serta Irak, juga telah terdegradasi dan tidak lagi mampu menggantikan peran utama Hizbullah sebagai garis depan di perbatasan Israel,” kesimpulan dari sebuah kajian Hoover Institution.
Temuan ini semakin menguatkan catatan lain bahwa banyak milisi pendukung Iran kini “tidak mampu atau enggan” mendukung Teheran secara serius.
Para pembicara forum mencatat bahwa kondisi tersebut menegaskan perlunya umat Sunni membangun kebijakan sendiri, tanpa bergantung sepenuhnya pada dukungan Iran.
Strategi Independen Ahlusunnah
Para narasumber menekankan bahwa Ahlusunnah harus menegakkan posisi independen secara politik.
Mereka mengimbau umat Islam, terutama kaum Sunni, agar tidak terjebak dalam dikotomi sektarian antara Iran versus Israel.
Sebaliknya, umat didorong memiliki kebijakan luar negeri yang berorientasi keadilan dan konsisten mendukung Palestina sebagai tanah wakaf umat.
Pizaro mengingatkan pentingnya mengambil “sikap dunia Islam” (wawasan Islam) yang melampaui pertentangan geopolitik : umat harus berpihak kepada rakyat Palestina, namun dengan pemikiran kritis terhadap semua kekuatan.
Hal ini juga selaras dengan analisis bahwa kegagalan proksi Iran dalam konflik terakhir menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan pihak lain tidak cukup, sehingga Ahlusunnah harus menata strategi sendiri.
Secara umum forum menegaskan perlunya umat Islam membangun perspektif kebangsaan dan keumatan yang berkelanjutan.
Dalam pidatonya, Sohaib Abu Yahya misalnya mengajak agar segala kebijakan umat didasari persatuan “melampaui perbedaan mazhab” agar tidak mudah dipecah belah.
Pendekatan ini sejalan dengan argumen sejumlah analis yang menyebut Irak, Suriah, dan Yaman sebagai front yang melelahkan bagi Iran, sehingga umat Ahlusunnah perlu mengembangkan kekuatan sendiri tanpa tergantung dukungan milisi manapun.
Geopolitik dan Reaksi Internasional
Para pembicara juga menyajikan latar geopolitik global yang melingkupi konflik tersebut. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain :
Pernyataan G7 dan dukungan internasional : KTT G7 (Juli 2025) menyatakan dukungan tegas kepada Israel.
Dalam pernyataan bersama, para pemimpin G7 menegaskan bahwa “Israel memiliki hak membela diri” dan melabeli Iran sebagai “sumber utama ketidakstabilan regional”.
Mereka juga mengingatkan bahwa Iran “tidak boleh memiliki senjata nuklir” dan mendesak penurunan ketegangan yang lebih luas, termasuk gencatan senjata di Gaza.
Serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran (13 Juni 2025) : Israel mengklaim serangan udara tersebut bersifat pra-empetif untuk menggagalkan program nuklir Iran yang dianggap mengancam eksistensi Israel.
Serangan itu menargetkan situs pengayaan uranium Natanz dan fasilitas nuklir di Esfahan, bahkan dikabarkan ada upaya menyerang fasilitas di Fordow.
Serangan itu memicu gelombang tembakan balasan dari Iran, meski sejauh ini efek militer langsungnya terbatas.
Laporan menyebut lebih dari 220 warga Iran (sebagian besar sipil) tewas dalam pembalasan Iran, sementara pihak Israel melaporkan 24 korban sipil akibat rangkaian serangan balasan itu.
Peran Amerika Serikat : Amerika Serikat menyatakan tidak terlibat langsung dalam serangan tersebut, meski Presiden Trump (saat itu menjabat) mengaku telah mengetahui rencana serangan itu sebelumnya dan bahkan menyebut tindakan Israel itu “sangat bagus”.
Washington memperingatkan Iran untuk tidak menyerang kepentingan AS di wilayah tersebut.
Sekaligus, AS tetap berupaya menjajaki negosiasi nuklir dengan Iran : Trump menyatakan berkomitmen pada dialog diplomatik, sementara pejabat lain mengindikasikan bahwa upaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir masih menjadi opsi.
Konteks konflik ini memang membuat kawasan Timur Tengah tegang. Menurut laporan, sejak serangan 13 Juni, kapal perang AS dan negara-negara sekutu meningkatkan kesiagaan di Laut Tengah serta Teluk Persia demi melindungi pasukan dan mitra mereka.
Sementara itu Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat; beberapa negara Islam menuntut seruan gencatan senjata dan penegakkan hukum internasional, sementara yang lain menyerukan dialog baru agar krisis tidak menjalar lebih luas.
Seruan Peran Aktif Umat dan Mahasiswa
Forum diakhiri dengan seruan agar umat Islam, khususnya pemuda dan mahasiswa, tidak sekadar menjadi penonton.
Para pembicara mengimbau masyarakat sipil Muslim untuk aktif dalam menyuarakan kebijakan luar negeri yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan kepentingan umat.
Mahasiswa Ahlusunnah didorong terlibat dalam advokasi dan dialog kebijakan publik, misalnya melalui lembaga swadaya masyarakat Islam atau forum akademis.
Menurut mereka, peran aktif kaum muda sangat penting agar suara dunia Islam tetap tajam dan konstruktif dalam menangkal narasi-narasi politik yang tidak berpihak pada keadilan.
Tanpa upaya kolektif tersebut, para pembicara menilai umat Ahlusunnah berisiko “hanya menjadi penonton” di tengah gejolak global dan kehilangan kesempatan memperjuangkan hak-hak umat lainnya.
https://www.youtube.com/live/ADRQmIm_yy8?si=Ryt4Qioy1WHknfjz
Laporan : A.R., Lidmi Media Center (LMC News)
Sumber : Live streaming Forum Lidmi serta berbagai laporan analisis konflik (Times of Israel; Institute for the Study of War; Hoover Institution; Reuters).