Dalam dunia modern yang semakin terkoneksi, Pemuda Muslim, terkhusus kepada para Cendekia (Mahasiswa terlebih paea Aktivis Dakwah Kampus) dihadapkan pada tantangan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk jurnalistik, pendidikan, dan dakwah.
Artikel ini membahas peran Pemuda Muslim dalam membangun peradaban berbasis ilmu pengetahuan melalui gerakan intelektual, jurnalistik, dan dakwah kampus.



Muktamar V Lidmi 2024
Artikel ini menawarkan kerangka pemikiran berbasis Islamic worldview, yang menekankan pentingnya ilmu yang terintegrasi dengan iman (Paradigma Tauhid).
Dalil-dalil Al-Qur’an dan Sunnah akan menjadi landasan utama dalam mengulas tema ini, dilengkapi dengan refleksi sejarah dan strategi praktis.


Mukaddimah : Pandangan Kami
Sejak era reformasi 1998, Indonesia telah mengalami perubahan besar dalam berbagai aspek, termasuk kebebasan pers dan perkembangan teknologi digital.
Sebagai seorang jurnalis Muslim yang lahir di era ini, saya merasa terpanggil untuk memanfaatkan momentum ini demi membangun peradaban Islam yang kokoh.
Namun, kebangkitan Islam di era demokrasi menghadapi banyak tantangan, seperti lemahnya literasi Islam, perpecahan umat, dan dominasi pemikiran sekuler.

Gerakan intelektual seperti yang diperjuangkan dalam pemikiran INSISTS menjadi sangat relevan. INSISTS mengedepankan Islamization of Knowledge (Islamisasi ilmu pengetahuan) yang bertujuan untuk menyelaraskan ilmu modern dengan nilai-nilai Islam.
Tulisan ini akan menguraikan visi besar tersebut, dengan fokus pada tiga aspek :
- Strategi membangun peradaban ilmu pengetahuan
- Peran Jurnalis Muslim
- Penguatan Dakwah Kampus : Problematika dan Rekomendasi.







Islamic Worldview : Tauhid Sebagai Pusat Segala Ilmu
Dalam pandangan Islam, ilmu tidak dapat dipisahkan dari akidah. Segala pengetahuan yang benar bersumber dari Allah sebagai Al ‘Alim (Maha Mengetahui).
Worldview Islam menempatkan tauhid sebagai asas bagi seluruh disiplin ilmu, baik ilmu duniawi maupun ukhrawi.
Konsep ilmu dalam Islam berbeda dengan pendekatan Barat sekuler yang memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Islamic Worldview menegaskan bahwa ilmu adalah sarana untuk mengenal Allah SWT, mengatur hubungan manusia dengan alam, serta membangun peradaban yang rahmatan lil ‘alamin.
Ilmu yang tidak membawa manfaat kepada akhirat adalah ilmu yang sia-sia.




Jurnalistik : Manifestasi Nilai Tauhid
Jurnalis Muslim bukan hanya tentang menyampaikan fakta, tetapi juga bertanggung jawab sebagai penjaga moralitas umat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dan Anas bin Malik, Rasulullah bersabda :
“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya”
(dalam redaksi yang lain : “Jagalah ilmu dengan menulisnya”).
Jurnalis Muslim adalah sarana penting untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat (al-ilm al-nafi’).




Prinsip Dasar Jurnalis Muslim
Tauhid sebagai Landasan (Ushuliyyah) : Semua aktivitas jurnalistik harus didasarkan pada niat yang ikhlas untuk mengabdi kepada Allah.
Allah berfirman:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
”Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)”.
(Surah Al Bayyinah Ayat 5)
Amar Ma’ruf Nahi Munkar : Jurnalis Muslim harus menjadi alat untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.
Allah berfirman :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
(Surat Ali ‘Imran Ayat 104)



Kebenaran Ilmiah dan Syar’i : Informasi yang disampaikan harus sesuai dengan fakta ilmiah dan tidak bertentangan dengan syariat.
Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
(Surat Al Hujurat Ayat 6)

Implementasi : Pengalaman 2 Tahun Pers
Sebagai jurnalis yang berkomtribusi di media simpulindonesia.com dan beberapa liputan di media BugisPos.com, Sulselnetwork.com, media lokal (Kabupaten/Kota) dan Provinsi (Sulsel dan Sulbar), peran saya selalu mengusahakan memproduksi berita dan opini yang mendidik masyarakat.
Contohnya, dalam liputan tentang BULOG, berita tersebut tidak hanya melaporkan fakta ekonomi hingga program yang terealisasi dan terawasi, tetapi juga harus mengangkat nilai keadilan dan distribusi yang sejalan dengan maqasid syariah.




Membangun Peradaban Berbasis Ilmu
Krisis peradaban yang melanda umat Islam hari ini bukanlah hal baru dalam sejarah.
Umat Islam pernah mengalami pasang surut peradaban, dari kejatuhan Andalusia hingga kehancuran Kekhalifahan Utsmaniyah.
Namun, sejarah mencatat bahwa setiap kali umat Islam mengalami kemunduran, kebangkitan yang luar biasa selalu dimulai dari revitalisasi ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada tauhid.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab :
“Tali Islam akan lepas satu demi satu jika tumbuh di tengah Islam generasi yang tidak mengenal kejahiliahan”.



Oleh karena itu, refleksi atas masa lalu menjadi penting untuk membangun masa depan yang berakar pada keimanan, ilmu, dan amal.
Mari mengintegrasikan pendekatan Islam dalam menghidupkan kembali ilmu pengetahuan berbasis pada nilai nilai tauhid dengan inspirasi dari sejarah perjuangan Islam.
Sejarah Islam mencatat kebangkitan ilmu pengetahuan dalam berbagai era yang kritis.
Dari gerakan pemikiran Imam Al-Ghazali hingga strategi politik Nuruddin Zanki dan Shalahuddin Al-Ayyubi, semua memiliki akar yang sama : ilmu pengetahuan sebagai dasar perjuangan.

- Generasi Imam Al-Ghazali dan Persiapan Kebangkitan
Imam Al-Ghazali, melalui karya Ihya Ulumuddin, menegaskan pentingnya tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) sebagai syarat kebangkitan ilmu.
Beliau berhasil mengintegrasikan ilmu duniawi dengan ukhrawi, sehingga melahirkan generasi yang memiliki kedalaman spiritual sekaligus kecakapan intelektual.
Gerakan ini kemudian melahirkan generasi pemimpin seperti Shalahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan institusi pendidikan berbasis tauhid untuk mempersiapkan jihad melawan tentara Salib.
- Penguatan Organisasi : Inspirasi dari Perjuangan Zankiyyah
Dinasti Zankiyyah membuktikan bahwa organisasi yang solid berperan besar dalam kebangkitan Islam.
Nuruddin Zanki, misalnya, mendirikan madrasah-madrasah untuk membekali umat dengan ilmu syar’i dan ilmu perang. Strategi ini menjadi fondasi bagi pembebasan Yerusalem.
- Runtuhnya Kekhalifahan Islam
Kejatuhan Utsmaniyah pada awal abad ke-20 membawa pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan umat.
Umat Islam yang kehilangan kekuatan politik dan institusi kekhalifahan harus mencari cara baru untuk berjuang dalam sistem demokrasi modern. Disinilah literasi dan organisasi menjadi senjata utama.

Visi Peradaban Islam
- Pendidikan Integral : Pendidikan harus mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu duniawi.
Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Surat Al Mujadalah Ayat 11)
Membangun peradaban Islam di era digital membutuhkan integrasi nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan.

Dakwah Kampus : Membangun Generasi Rabbani
Membangun peradaban Islam memerlukan pendekatan multidimensional yang mencakup pendidikan, dakwah, dan media.
Hal ini penting mengingat tantangan modern seperti sekularisme, hedonisme, dan lemahnya minat mahasiswa terhadap organisasi.
Sebagai pengurus LIDMI (Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia), salah satu misi besar saya adalah membangun kesadaran mahasiswa untuk berkontribusi dalam dakwah.
Sayangnya, minat mahasiswa terhadap organisasi dakwah cenderung menurun. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang relevan untuk menarik mereka.
- Peran Pendidikan dan Dakwah Kampus
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) menjadi garda terdepan dalam membangun generasi pemimpin.
Dengan visi memperkuat aqidah dan wawasan keislaman mahasiswa, LDK dapat mengintegrasikan pelatihan jurnalistik sebagai sarana dakwah kreatif.
Program seperti Pelatihan Jurnalistik Lidmi perlu dirancang untuk membangkitkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya peran mereka sebagai khalifah di bumi.
- Optimalisasi Media sebagai Alat Perjuangan
Media berfungsi sebagai sarana edukasi dan advokasi. Sebagai seorang jurnalis Muslim, penting untuk mengedepankan narasi yang mendalam, berbasis fakta, dan sesuai dengan prinsip syariat.
- Revitalisasi Peran Organisasi
Organisasi kepemudaan seperti Lidmi memiliki peluang besar untuk menjembatani dakwah dan pendidikan.
Dengan pendekatan kolaboratif, Lidmi dapat berperan sebagai fasilitator antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat.

Rekomendasi : Membangun Langkah Strategis
- Kaderisasi Berbasis Ilmu
Mengembangkan pelatihan berbasis Islamic Worldview dengan materi yang mencakup sejarah Islam, analisis sosial, dan keterampilan jurnalistik.
- Kolaborasi Multi-Sektoral
Membangun kerja sama antara LDK, kampus, dan masyarakat untuk memperluas jangkauan dakwah. Pelibatan mahasiswa dalam program seperti KKN tematik berbasis Islam dapat menjadi salah satu strategi.
- Penguatan Literasi Media
Literasi media menjadi kunci dalam membangun umat yang cerdas. Media dakwah seperti Lidmi Media Center (LMC) dapat mengusung narasi yang menginspirasi dan mendidik, sekaligus melawan arus informasi yang menyesatkan.
- Refleksi atas Kekalahan Umat
Kekalahan umat dalam sejarahnya harus menjadi momentum untuk introspeksi. Penting untuk memperkuat persatuan, membangun organisasi yang solid, dan meningkatkan literasi umat.
Sebagaimana Al-Qur’an mengajarkan, umat Islam harus senantiasa mengambil pelajaran dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.
(Surah Ar Ra’d Ayat 11)
Dengan mengintegrasikan ilmu, amal, dan dakwah dalam kerangka Islamic Worldview, umat Islam dapat kembali membangun peradaban yang bermartabat.
Kebangkitan bukanlah utopia, tetapi sebuah keniscayaan yang dimulai dari langkah-langkah kecil yang strategis.
Sebagai seorang jurnalis, penggerak dakwah, dan pemikir Muslim, tugas kita adalah menciptakan perubahan positif yang didasarkan pada ajaran Islam.
Dengan mengambil inspirasi dari sejarah dan epistemologi Islam, kita dapat mewujudkan visi besar ini.
Mari bangkitkan kembali semangat ilmu untuk melahirkan generasi pembebas seperti Imam Al-Ghazali dan Shalahuddin Al-Ayyubi.
