Kita sering berbicara tentang perjuangan, tentang dakwah, tentang perubahan besar yang dimulai dari langkah kecil.
Tapi apakah kita sudah menyadari bahwa bumi, pijakan kita dalam beribadah, kini sedang berteriak minta tolong?
Di mana posisi kita sebagai mahasiswa Muslim, agen perubahan yang digadang-gadang membawa cahaya peradaban?
Apakah kita cukup puas dengan kajian dan retorika, tanpa turun ke lapangan untuk melindungi apa yang Allah amanahkan kepada kita?
Sebagai contoh, di Masjid Nawwaf Ath Thuwayyan, Bulukumba, sebuah langkah kecil telah dimulai.
Melalui gerakan menanam pohon di Hari Menanam Pohon Nasional, masjid ini tidak hanya menjadi tempat salat, tetapi juga simbol gerakan peduli lingkungan yang menyatu dengan semangat dakwah.
Tapi ini baru awal. Gerakan ini harus menjadi lebih besar, lebih luas, dan melibatkan lebih banyak elemen mahasiswa.

Masjid: Pusat Peradaban, Bukan Sekadar Tempat Salat
Dalam sejarah Islam, masjid bukan hanya tempat untuk melaksanakan ibadah ritual. Di Masjid Nabawi, Rasulullah merancang strategi dakwah, membangun peradaban, dan mendidik para pemuda.
Masjid adalah episentrum perubahan sosial dan spiritual. Namun kini, apakah masjid kita sudah menjalankan perannya sebagaimana dahulu?
Masjid Nawwaf yang menjadi lokasi penanaman pohon adalah pengingat bahwa masjid harus lebih dari sekadar bangunan. Ia harus menjadi pusat perubahan ekologis dan sosial.
Rasulullah bahkan memerintahkan umatnya untuk menjaga alam, meskipun dalam situasi darurat.
Diceritakan dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda :
اِنَّ قَامَتِ لسَّاعَةُ وَفِى يد اَحَدكُمْ فسيلةٌ . فَاِن اسْتَطَاع انْ لاَتَقُؤمُ حَتّى يَغْرُسُهَا .
”Kendatipun hari kiamat akan terjadi, sementara di tangan salah seorang di antara kamu masih ada bibit pohon kurma, jika ia ingin hari kiamat tidak akan terjadi sebelum ia menanamnya, maka hendaklah ia menanamnya.“
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/83,184, 191), Ath Thayalisi (hadits nomor 2078), Imam Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad (hadits nomor 479) dan Ibnul Arabi di dalam kitabnya Al Mu’jam (1/21), yang dikutip dari hadits Hisyam bin Yazid dari Anas ra.
Pesan ini bukan sekadar metafora. Ia adalah ajakan langsung kepada kita untuk berbuat nyata. Menanam pohon, merawat lingkungan, adalah dakwah yang berbicara melalui aksi, bukan hanya kata-kata.

Mahasiswa: Pemuda yang Menanam Perubahan
Krisis lingkungan global saat ini adalah ancaman nyata. Kita menghadapi polusi udara, perubahan iklim, dan deforestasi besar-besaran.
Sebagai mahasiswa, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjawab tantangan ini. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman,
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(Q.S. Al-A’raf Ayat 56)
Sebagai aktivis dakwah kampus yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK), kita harus bergerak melampaui dinding masjid dan aula diskusi. Dakwah kita harus menyentuh tanah, pohon, dan udara.
Kita adalah pemuda yang disebut dalam sejarah Islam sebagai pembawa obor peradaban. Seperti Ali bin Abi Thalib yang memimpin umat dengan kebijaksanaan, atau Usamah bin Zaid yang memimpin pasukan di usia belasan tahun. Mereka tidak menunggu keadaan sempurna; mereka bergerak dan memimpin perubahan.
Begitu pula dengan kita. Gerakan menanam pohon bukan hanya tentang penghijauan, tetapi tentang menghidupkan kembali semangat mahasiswa untuk berbuat nyata.

Menanam di Bumi, Memetik di Akhirat
Rasulullah menjanjikan pahala yang terus mengalir bagi siapa saja yang menanam pohon.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرُسُ غَرْسًا اَؤيَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرُ اَؤاِنْسَانٌ اَؤبَهِيْةٌ اِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةُ
”Seorang mulim yang menanam atau menabur benih, lalu ada sebagian yang dimakan oleh burung atau manusia, ataupun oleh binatang, niscaya semua itu akan menjadi sedekah baginya.“
Hadits itu diriwayatkan oleh Imam Bukhari (2/67, cet. Eropa), Imam Muslim (5/28) dan Imam Ahmad (3/147).
Bayangkan, satu pohon yang kita tanam hari ini akan terus memberikan manfaat—menghasilkan udara bersih, menyerap karbon, memberi keteduhan—dan semuanya tercatat sebagai pahala yang terus mengalir hingga akhir zaman. Apakah ada investasi akhirat yang lebih menguntungkan daripada ini?
Tapi, pahala ini tidak datang dengan sendirinya. Ia membutuhkan aksi nyata, komitmen, dan kesadaran bahwa kita tidak hidup hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang yang akan mewarisi bumi ini.

Dari Masjid ke Alam : Ayo Hijaukan Bumi Kita!
Gerakan menanam pohon yang dimulai di Masjid Nawwaf harus menjadi inspirasi bagi semua masjid dan LDK di Indonesia.
Mahasiswa harus menjadi pelopor gerakan ini, menjadikan masjid sebagai pusat peradaban hijau yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga menggerakkan aksi nyata untuk melindungi lingkungan.
Bayangkan jika setiap LDK di seluruh Indonesia menggerakkan anggotanya untuk menanam satu pohon.
Dengan jumlah mahasiswa yang besar, kita bisa menciptakan hutan baru yang akan menjadi paru-paru dunia.
Kita bisa mengubah kampus, masjid, dan lingkungan sekitar menjadi tempat yang lebih hijau dan sejuk, sambil menyampaikan pesan dakwah yang kuat : Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Ajakan kepada Seluruh LDK dan Mahasiswa di Indonesia
Kepada seluruh mahasiswa, aktivis dakwah, dan pemuda Muslim di Indonesia :
Mari kita jadikan gerakan ini sebagai langkah awal menuju perubahan besar.
Jangan hanya menunggu keadaan berubah; jadilah agen perubahan itu sendiri. Mulailah dengan menanam satu pohon.
Karena satu pohon berarti udara bersih untuk hari ini, tanah subur untuk esok, dan pahala yang tak terputus hingga akhirat.
Gerakan ini bukan hanya tentang menanam pohon. Ini tentang menanam kesadaran, menanam semangat, dan menanam harapan.
Saat kita menanam di bumi, kita sebenarnya sedang memetik pahala di akhirat. Mari bersama-sama menjadikan dakwah lebih nyata, lebih hidup, dan lebih berdampak.
Inilah saatnya mahasiswa bangkit, bukan hanya untuk berbicara, tetapi untuk bertindak. Rahmatan lil ‘alamin dimulai dari sini. Dimulai dari kita.
Pengurus Pusat Lidmi
Bidang Soskesling Ekonomi
Ketua Bidang : Sohib apt. Sharhan Suaib, S.Si