Yerusalem – Puluhan ribu warga Palestina dan komunitas Arab di Al-Quds (Yerusalem) yang diduduki penjajah “Israel” berkumpul di Masjid Al-Aqsha, Yerusalem Timur, Jumat (18/5/2018) untuk melaksanakan shalat Jumat pertama di bulan Ramadhan.
Banyak jamaah dari Tepi Barat tengah dan utara melewati pos pemeriksaan keamanan Qalandia yang menghubungkan Yerusalem ke Ramallah.
Menurut pernyataan polisi penjajah, pria berusia di atas 40 tahun, anak-anak di bawah 13 tahun dan wanita dari segala usia diperbolehkan memasuki Yerusalem Timur tanpa izin untuk acara tersebut.
Namun, pria antara 30 dan 40, harus mendapatkan izin khusus untuk masuk, demikian pernyataan penjajah.
Pos pemeriksaan Bethlehem yang menghubungkan Yerusalem ke Tepi Barat selatan menerapkan langkah-langkah keamanan yang sama.
Sejak Jumat pagi, pihak penjajah “Israel” telah meningkatkan keamanan di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur.
Ribuan tentara penjajah dikerahkan di pintu masuk Kota Tua Yerusalem dan di sepanjang jalan-jalan dan gang yang bersebelahan.
Direktur Masjid Al-Aqsha Syaikh Omar Kiswani mengatakan kepada kantor berita Anadolu Agencybahwa sekitar 200.000 jamaah diharapkan mengikuti shalat Jumat di masjid yang jadi ikon tersebut.
“Meskipun semua ada tindakan (keamanan) ‘Israel’, sejak pagi ribuan orang dapat masuk ke dalam komplek Masjid Al-Aqsha, baik dari Tepi Barat maupun komunitas Arab,” katanya.
“Setidaknya 100.000 jamaah akan tetap dapat melaksanakan shalat Tarawih (malam hari) dan 20.000 orang sampai Subuh (fajar),” ujarnya.
Otoritas Wakaf Islam Yordania yang dikelola Yordania, kata Kiswani, menyediakan makanan gratis untuk jamaah.
Jameel Barak, seorang warga Palestina berusia 40 tahun dari kota Hebron, Tepi Barat selatan, mengatakan, ini adalah pertama kalinya dia mengunjungi Al-Aqsha dalam 25 tahun terakhir.
“Saya datang ke sini hari ini untuk shalat Jumat bersama istri dan dua anak saya,” ungkapnya. “Putra sulung saya berusia 15 tahun, jadi dia tidak bisa bergabung dengan kami (karena anak-anak di atas 13 tahun dilarang oleh penjajah, red).”
“Saya berencana untuk datang setiap Jumat di bulan Ramadhan dan tinggal (di Masjid Al-Aqsha) untuk melaksanakan shalat Tarawih.”
Dalam khotbah Jumatnya, Sheikh Mohamed Hussein, Mufti Yerusalem, mengutuk pemindahan kedutaan AS ke Yerusalem (Al-Quds).
Dia meminta negara-negara Arab dan Muslim untuk menarik duta besar mereka, tidak mengikuti jejak AS yang memindah kedutaannya ke Yerusalem.
Dia juga mengatakan agar orang-orang Palestina “melihat ke depan” dan menunggu resolusi yang akan dikeluarkan pada pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang sekarang sedang berlangsung di Istanbul, Turki.
KTT itu diselenggarakan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk merespons pembantaian yang dilakukan pasukan penjajah “Israel” terhadap demonstran Palestina yang tidak bersenjata di dekat perbatasan Gaza.
Dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh dunia internasional, Zionis “Israel” mencaplok seluruh kota Palestina pada 1980 dan mengklaim Yerusalem sebagai ibu kotanya yang “abadi dan tidak terbagi”. (S)
Sumber: Anadolu Agency