MAKASSAR – Katua Umum Pimpinan Pusat LIDMI Asrullah, S.H,. M.H. menyerukan bahwa persoalan toleransi dimaknai dengan tepat agar menjaga relasi antar umat beragama.
“Kita tetap memberikan pengakuan eksistensial secara sosiologis tanpa harus masuk dalam ranah ibadah,” tutur Sohib Asrullah dalam Kajian Akhir Tahun LIDMI dengan mengusung Tema: “Toleransi: Perspektif Syariat dan Hukum di NKRI, Apakah Sejalan? Dilaksanakan secara daring, Selasa (27/12/2022).
Sohib Asrullah menerangkan bahwa Ini tema yang terus terulang setiap tahun, sirkulasi pembahasan tentang tema ini terus berdentum. Toleransi itu di satu pihak ingin disamakan penerimaan semua komponen agama bahkan masuk dalam konteks hukum masing-masing agama.
“Dan satu sisi ada yang berpegang teguh terhadap apa yang disebut sebagai upaya menjaga keajegan dalam relasi Horizontal antar agama tanpa memasuki ruang syariah masing-masing agama,” ujarnya.
Sohib Asrullah menyebut bahwa pelabelan fundamentalis dan ekslusif dalam beragama tidak bisa dibenarkan jika hanya tak ikut dalam perayaan agama lain.
“Pemeluk agama jika sering kali tidak ikut terlibat di dalam ritual dan ikut menfestivalkan seolah-olah dianggap sebagai orang yang fundamentalis. Atau juga disebut ekslusif dalam keyakinan beragama,” ucapnya
Mahasiswa doktoral itu juga menegaskan posisi LIDMI yang memiliki perhatian atas isu ini dan berupaya terus mengedukasi masyarakat.
“Dari sisi inilah LIDMI memiliki suatu concern agar memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa toleransi dalam perspektif syariat dan perspektif konstitusi itu tidak memiliki suatu paradoks,” Katanya.
Sohib Asrullah menambahkan bahwa Kajian malam ini momen yang penting agar masyarakat tidak ragu lagi dalam bersikap menghadapi problem torelansi.
“Misal ketika kemarin itu perayaan natal , jika kaum muslimin tidak mengucapkan selamat natal, itu bukan berarti tidak toleran. Tapi justru cara kita membiarkan pemeluk umat Kristiani menjalankannya tanpa kita mengganggu, itu bagian dari cara kita dalam menghormati dan mengakui fakta sosiologis keberadaan mereka,”ucapnya.
Sohib Asrullah mengharapkan lewat kajian malam ini dapat memfasilitasi dan membuka ruang diskusi agar bangsa ini diisi dengan ruang percakapan yang sehat.
“Berisi kecerdasan yang argumentatif bukan sentimentil dan sumpah serapah yang jauh dari nilai-nilai konstruktif, sebagai suatu bangsa yang bertamadun, bangsa yang madani, bangsa yang memiliki adab dan akhlak,” pungkasnya.
Reporter: Muhas K. Japur
Editor: LMC Team