Tak lengkap rasanya jika ada suatu peristiwa positif dan tidak diambil pelajaran daripadanya. Menilik kasus Chocolicious yang akhirnya memburaikan hikmah berupa marketing besar-besaran yang muncul karena pembelaan netizen, Sedikitnya ada tujuh pelajaran penting yang tak boleh dilupakan.
- Tidak Ada Toleransi dalam Akidah
Memang benar kita diajarkan untuk bertoleransi dalam beragama, sebagaimana dalam Alquran, Allah Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama.
Tetapi dalam hal akidah dan ibadah, hal itu tidak bisa dilakukan, sebab:
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لا تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم
“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”
Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu berkata,
اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم
“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.” Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.
Selengkapnya: https://rumaysho.com/5673-toleransi-dalam-islam.html
- Rembesan persatuan ummat 212
Bersatunya kaum muslimin membela toko kue Chocolicious sebagai usaha milik kaum muslimin tidak dapat dipisahkan dari persatuan ummat yang dihasilkan dari peristiwa-peristiwa mutakhir, seperti aksi bela Islam/ Alquran dan aksi bela Palestina.
Di media-media sosial, terutama WhatsApp yang menjadi tempat broadcast ajakan pembelaan kepada toko ini kepada seluruh kaum muslimin.
Semua warganet spontan melakukan pembelaan, mulai dengan memberikan testimoni, ucapan dukungan, like, dan bentuk dukungan lainnya. Dibuktikan dalam hitungan jam, ratting Chocolicous yang sempat down ke nilai 2,8 malah kembali melejit ke 4,9.
Maka inilah sinyal-sinyal persatuan tersebut.
- Tolonglah Agama Allah, maka Allah akan menolongmu
Ini kutipan ketua umum Pengurus Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP LIDMI), Andi Muhammad Akhyar:
Mendengarkan berita bahwa Chocolicious menolak mengucapkan selamat natal, kami tidak heran. Sejak dulu chocolicious memang komitmen untuk mendukung program dakwah kampus. Hari ini kita kembali mendapakan pembuktian janji Allah. Barang siapa menolong agama Allah pasti akan menolongnya.
وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)
Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah pasti akan ganti dengan yang lebih baik.
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363)
Pemilik chocolicious meninggalkan ucapan selamat natal untuk menjaga akidahnya, maka Allah ganti dengan peningkatan ratingnya,bahkan sudah mengalahkan KFC. Keep istiqomah, chocolicious!
- Urgensi Public Relation (PR)
Peran PR atau biasa dikenal dengan humas sangat nyata dalam peristiwa ini. Maka sebuah lembaga tidak boleh memandang remeh masalah kehumasan, betapa tidak, peristiwa ini bisa menjadi pelajaran betapa suatu masalah bisa dikonversi menjadi dukungan publik yang malah akan membantu peningkatan promosi Lembaga tersebut.
Sebagaimana dikutip dalam buku “Crisis Public Relation” tulisan Firsan Nova, cukuplah bangkrutnya perusahaan penerbangan Adam Air karena peristiwa kecelakaan 1 Januari 2007 silam menjadi pelajaran jika humas tak berjalan maka tenggelamlah kepercayaan masyarakat. Humas tak muncul kepermukaan hingga krisis ini tak disikapi dengan baik. Sebaliknya, lihatlah kecelakaan pesawat yang dialami oleh Garuda Indonesia pada 7 Maret 2007 silam, Garuda Indonesia segera merjunkan agen PR nya untuk kemudian segera mengatasi krisis yang terjadi, dimulai dengan menutupi logonya di lokasi kecelakaan, memberikan keterangan pers, hingga pemberian simpati dan santunan kepada keluarga korban. Apa dampaknya? Hingga saat ini Garuda Indonesia masih menjadi perusahaan penerbangan nomor 1 di Indonesia.
Hal demikian yang disaksikan pada momen viralnya Chocolicous, peran kehumasan atau PR yang diambil alih oleh media-media Islam di Sulawesi Selatan yang akhirnya mampu menggerakkan massa hingga memberikan dampak positif.
- Al-Wala’ Wal Bara’
Konsep ini merupakan cabang akidah dalam Islam. Untuk loyal kepada sesama muslim dan berlepas tangan dengan gubahan-gubahan orang-orang Kafir. Contoh dalam masalah muammalah, betapa banyak kaum muslimin yang melupakan kaidah ini. Menyerbu toko-toko yang notabene dimiliki oleh orang-orang Kafir dan meninggalkan usaha-usaha kaum muslimin. Anehnya adalah ketika mereka (yang merasa dirinya Islam) memasuki toko-toko tersebut, setinggi apapun harganya takkan ada penawaran karena memang telah dilabeli. Bandingkan ketika mereka berbelanja di pasar-pasar kaum muslimin, tawaran harga sampai melebihi setengah harganya selalu menemani lisan hingga meninggalkan pasar.
Padahal usaha-usaha kaum muslimin yang rata-rata merupakan pedagang kecil, saat itu sangat membutuhkan hasil penjualannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil mereka sehingga kuat beribadah kepada yang Menciptkan mereka. Tidak seperti toko orang-orang kafir yang kemudian malah digunakan untuk membiayai penindasan kaum muslimin di negeri lain, bahkan di negeri sendiri.
- Media sebagai Dakwah Zaman Now
Dakwah tak selamanya di mimbar. Media massa, media cetak maupun media sosial menjadi media penyebaran opini paling massif di era informasi sekarang ini. Mulai bocah sampai tetua, mulai kaum borjuis hingga rakyat jelata, mulai tempat paling suci di atas Bumi, masjid, sampai tempat paling buruk, pasar, Smartphone merupakan tokoh sentral yang berkuasa menembus dimensi ruang dan waktu. Bukankah ini peluang dakwah yang besar?
Maka sudah sepantasnya para aktivis-aktivis dakwah meliriknya sebagai satu konsentrasi yang harus diseriusi.
Bukankah Nabi Musa alaihi salam diberikan mukjizat berupa tongkat yang bisa menjadi ular besar dikarenakan saat itu sedang viral-viralnya ilmu sihir?
Bukankah Nabi Isa alaihi salam diberikan mukjizat mampu menyembuhkan penyakit kusta, mengobati orang buta, bahkan sampai menghidupkan orang mati atas izin Allah subhana wa ta’ala dikarenakan saat itu sedang viral-viralnya dunia pengobatan?
Bukankah nabi tercinta, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam diberikan mukjizat berupa kitab suci Alquran yang memiliki tingkat sastra sangat tinggi dikarenakan saat itu sedang viral-viralnya kontestasi Syair?
Maka liriklah zaman sekarang, ketika informasi bergerak secepat aliran listrik, media sosial memberangus waktu-waktu manusia, maka inilah Dakwah Zaman Now.
- Tajamkan pena
Meminjam perkataan ustadz Rappung Samuddin,
“satu peluru hanya menembus satu kepala, sedangkan satu tulisan bisa menembus jutaan kepala.”
Anda kaum muslimin, sadarilah, salah satu penyebab ketertinggalan kita adalah karena orang-orang kafir dan liberal memiliki wawasan yang luas dikarenakan budaya belajar, membaca dan diskusi, yang berbuah wawasan. Wawasan itu kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan hingga melahirkan status media sosial sampai pada buku-buku bacaan. Akhirnya menjadi bacaan generasi muda Islam hingga masuklah dogma-dogma sesat dalam otak-otak mereka. Hal ini bisa dilihat di kampus-kampus dan instansi lainnya, betapa perusakan pikiran seperti ini merabak.
Maka latihlah diri anda, catat semua materi taklim yang anda hadiri dan jewantahkan menjadi sebuah tulisan. Bukankah anda memiliki akun media sosial? Bukankah banyak website gratis disediakan sebut saja blogger dan wordpress? Bukankah anda telah terlatih untuk membuat laporan berlapis-lapis hingga skripsi berlembar-lembar?
Akhirnya, muslim yang baik adalah yang mampu mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Wallahu A’lam.
Penulis: Rustam Hafid (Staff Humas PP LIDMI), 26/12/2017.