JANGAN BUKA JALAN SYAITAN
Janganlah engkau membukakan jalan kepada Syaitan untuk mengganggu hubungan yang suci. Pernikahan adalah sesuatu yang suci yang tak boleh dinodai oleh kerja-kerja Syaitan. Pernikahan adalah ibadah maka harus melewati tuntunan Illahi.
Agama ini sudah sempurna dan telah mengatur segalanya. Mulai dari persoalan jihad hingga perkara masuk kamar kecil, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Semuanya telah diatur dalam Islam.
Termasuk hubungan antara lawan jenis, peraturannya pun lengkap dalam agama ini. Jalan-jalan yang harus dilalui menuju pernikahan, dari A sampai Z, Allah subhanahu wata’ala telah mengaturnya. Maka lewatilah jalan tersebut agar engkau selamat. Bukankah keselamatan itu hanya bila mengikuti dan melewati jalan yang dahulu dilalui oleh Rasulullah sallallahu `alahi wasallam?
Bukankah Allah subhanahu wata’ala Maha Tahu segala sesuatu? Maka Allah subhanahu wata’ala pasti mengetahui siapa yang terbaik untuk kita. Allah subhanahu wata’ala tahu siapakah orang terbaik sebagai pendamping hidup kita, yang dengan bersamanya, kita dapat membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Bersamanya, kita bisa semakin dekat dengan Allah. Bersamanya, kita bisa memiliki keturunan seorang ulama, seorang mujahid dan mujahidah, seorah hafizh dan hafizhah, seorang anak yang sholih dan sholihah.
Maka sebelum kita dilahirkan, perkara jodoh telah diatur oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka walaupun saat ini kita telah berhubungan dengan ribuan wanita/lelaki, namun ternyata ia bukan jodoh kita, tidak akan mungkin kita mendapatkannya. Sebaliknya, boleh jadi ada wanita yang selama ini kita tidak kenal, bahkan mungkin kita sangat membencinya, namun ternyata ialah garis tangan kita, maka pasti kita akan bersamanya. Meskipun Anda bersuku Aceh, namun bila ditakdirkan menikah dengan dia yang bersuku Papua, maka pasti Anda akan menikah dengannya.
Ini rahasia Allah subhanahu wata’ala.
“Boleh jadi engkau menyukai sesuatu namun itu buruk bagimu dan boleh jadi engkau membenci sesuatu namun itu baik untukmu. Sesungguhnya Allah mengetahui dan engkau tidak mengetahui.”
(QS. Al Baqarah: 216)
MANA LEBIH NIKMAT?
“Orang yang berpuasa memiliki dua kenikmatan. Kenikmatan saat berbuka dan kenikmatan saat bertemu dengan tuhan-Nya.”
(Mutafaqun ‘Alaih)
Mengapa Rasulullah sallallahu `alaihi wasallam bersabda seperti itu? Karena saat berpuasa, seseorang harus menahan diri dari makan dan minum, mulai saat terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Sebenarnya, makan dan minum adalah perkara yang sunnatullah. Keduanya merupakan kebutuhan manusia, fitrah kehidupan. Namun orang yang berpuasa dituntut untuk bersabar akan hal tersebut untuk menahan diri dulu sampai tiba masanya mereka menkmatinya. Dalam masa menahan tersebut, naluri kemanusiaan kita tentu sangat ingin makan dan minum, namun demi ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala kita bersabar terhadapnya.
Sejak pagi hingga petang kita terus bersabar. Tentu semakin bertambah waktu, semakin ingin kita menikmatinya. Di saat itu pula kita membutuhkan peningkatan kesabaran dan puncak paling inginnya kita adalah saat senja telah tiba. Ketika masa berbuka telah tiba, disinilah kenikmatan itu. Karena ketika kita sangat ingin dan saat itu pula kita telah dibolehkan, sungguh kenikmatan itu begitu terasa. Bisa jadi ada orang lain yang tidak puasa juga makan dan minum bersamaan saat kita berbuka, namun tentu kenikmatan yang dirasakan berbeda. Orang yang berpuasa akan merasakan kenikmatan yang lebih dibandingkan orang yang tidak berpuasa walaupun makanan yang dimakan adalah makanan yang sama.
Ini pelajaran bagi kita para pemuda. Kita mungkin menikah sebagaimana orang lain menikah, namun akan berbeda cita rasa yang dirasakan bagi orang yang sebelum menikah telah sering menjalin komunikasi dengan lawan jenis dengan orang yang betul-betul menjaga hijabnya. Orang yang sangat menjaga hijab bagaikan orang yang berpuasa. Ia terus menjaga dirinya dan bersabar untuk tidak berhubungan dengan lawan jenis. Ia bertahan dengan itu hingga tiba masanya, maka tentu ia akan merasakan kenikmatan yang sesungguhnya melebihi kenikmatan orang-orang yang telah mengambil kenikmatan itu sebelum waktunya.
Mari mengambil pelajaran dari kehidupan. Kue donat rasanya enak, semua orang menyukainya. Akan tetapi bila setiap saat kita memakannya, tidak adakah kebosanan yang hadir? Apakah donat yang enak itu masih terasa enak oleh orang yang sudah terlalu sering memakannya? tentu tidak.
Apapun bila dilakukan/dirasakan terlalu sering, pasti akan membawa pada kebosanan. Sehingga sesuatu yang awalnya enak akan menjadi tidak enak lagi. Begitu pula status hubungan dengan lawan jenis.
Wanita adalah salah satu keindahan dunia, bahkan Rasullullah sallallahu `alalihi wasallam bersabda bahwa wanita sholihah adalah perhiasan dunia yang paling indah, namun bila sebelum menikah keindahan itu sudah terlalu sering dinikmati, maka tentu setelah menikah akan membosankan dirinya.
Saudaraku, kunasehatkan kepadamu, jangan mencoba-coba bermain api dengan lawan jenis sebelum engkau halalkan ia lewat pernikahan. Yakinlah, segalanya akan indah pada masanya. Segala hal masing-masing ada waktunya.
Jangan menikmatinya terlalu cepat. Jangan terlalu terburu-buru karena jika telah menikmatinya saat ini (sebelum menikah) maka pada saatnya nanti (setelah menikah) engkau akan sulit menikmatinya karena engkau telah mengambilnya saat ini. Maka untuk mendapatkan kenikmatan sesungguhnya lewat pernikahan, bersabarlah hingga tiba masanya.
PERBAIKI KUALITAS DIRI
Hal yang perlu kita pikirkan sekarang adalah bagaimana menghasilkan karya untuk umat agar kitapun mendapatkan pasangan yang punya karya.
Mari kita perbaiki tahajjud, perbaiki sholat duha, perbanyak sedekah, agar kita pun mendapatkan pasangan yang rajin tahajjud, sholat duha, banyak bersedekah.
Mari memperbanyak ilmu agar kita mendapatkan dapatkan pasangan yang berilmu pula.
Mari terus meningkatkan mujahadah kita agar mendapat pendamping yang juga kuat mujahadahnya.
Mari tingkatkan dakwah dan kesabaran kita agar kelak mendapatkan pasangan yang hebat dakwahnya dan kuat kesabarannya.
Mari berlomba-lomba menjadi seorang hafizh (penghafal Alquran) agar kelak mendapatkan jodoh seorang hafizhah.
Sebaliknya, kalau kita orang yang malas, sedikit ibadah, banyak berbuat sia-sia, maka insyaAllah kita pun akan mendapatkan pendamping yang juga pemalas, sedikit ibadah, rajin berbuat sia-sia.
Manakah yang Anda pilih?
Tugas kita hanyalah memperbaiki kualitas diri agar kitapun mendapatkan pasangan yang berkualitas.
Pasangamu adalah cerminan dirimu, sebagaimana janji Allah ta’ala (yang artinya):
“…Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, Wanita yang keji untuk lelaki yang keji…”
(QS.An Nur:30).
–Wallahu A’lam–
———————————
Disadur dari Buku “Aktivis Dakwah Kampus: Problematika dan Solusi”
Penulis: Andi Muhammad Akhyar, S.Pd., M.Sc. (Ketua Umum PP Lidmi periode 1437-1439 H/ 2015-2017 M).