Oleh Muh Abid fauzan (Dewan Syuro PP LIDMI)
Beberapa jam seusai sholat Jum’at, HP kami berbunyi berkali-kali. Ada banyak status di media sosial memberitakan kejadian memilukan di Selandia Baru. Aku membuka video yang beredar di grup WA. Nampak aksi penembakan brutal dan terdengar suara tembakan beruntun dari layar HP. Melihatnya, serasa ada rasa ‘sakit’ amat perih. Apalagi mengetahui bahwa kejadiaan tersebut yang menjadi korban adalah para jamaah masjid yang hendak sholat jumat. Astagfirullah.
Dunia Islam kembali berduka atas insiden pembantaian di dua masjid Christchurch, Selandia Baru pada hari Jum’at, 15 Maret 2019 yang merenggut korban meninggal dunia dan luka-Iuka. Di mata dunia secara umum memperjelas lagi bahwa aksi teroris tidak bersumber dari agama apa lagi selama ini publik mengaitkan aksi teror dengan Islam.
Kejadiaan ini membuktikan aksi militer untuk memberantas teroris tidaklah membuahkan hasil yang memuaskan. Perlu disadari bahwa paham terorisme bukan saja ada di dunia Islam tapi ideologi terorisme juga tumbuh di negara-negara barat. Menurut Harian New Zealand Herald melaporkan pelaku terorisme di Selandia Baru itu adalah seorang pria Australia yang telah menulis manifesto berisi ideologi ekstrem kanan yang anti-Islam dan anti-imigran. Ideologi tersebut menjadi paham terorisme karena kemungkinan besar adalah penyebab tindakkan terorisme mereka.
Pada dasarnya, mereka yang menjadi pelaku, sesungguhnya tidak mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang agama mereka sendiri. Mereka mempunyai gairah keagaman atau pemahaman kelompok tertentu yang mengarah kepada kebenciaan terhadap suatu kelompok. Oleh karenanya pembantaian teroris biadab terhadap umat Islam di Masjid Christchurch New Zealand adalah pesan jelas untuk perlu diadakannya program deradikalisasi (pencegahan paham radikal) dan anti terorisme terhadap pemeluk agama-agama di luar Islam.
Maka dunia Islam jangan takut untuk mempelajari Islam yang benar. Islam mengajarkan cinta damai. Dalam al-Qur’an surah al-Maidah: 32, “membunuh satu nyawa tanpa alasan yang dibenarkan adalah seperti membunuhi semua manusia di muka bumi.” Bahkan dalam perang sekali pun, Islam mengajarkan untuk tidak membunuh musuh yang sudah menyerah, anak-anak, orang tua, perempuan, dan mereka yang berlindung di tempat ibadah. Islam juga melarang membunuhi binatang, merusak tanaman, dan rumah ibadah.
Mungkin mereka mengira bisa menghentikan cahaya Islam? Atau dunia Islam akan lemah? sungguh “kekuatan dunia” itu amat lemah lagi fana, tidak mungkin bisa menghentikan cahaya Islam yang kokoh lagi abadi. Maka tindakan teror yang terjadi tidak akan menghentikan semangat dunia Islam untuk mendatangi masjid dan animo orang Iain untuk memeluk agama Islam. Umat Islam seluruh dunia untuk tetap melaksanakan sholat berjamaah di masjid-masjid tanpa ada rasa takut sedikit pun dengan tetap waspada menjaga diri dan lingkungan. InsyaAllah.
Peristiwa ini memberikan pesan kepada dunia bahwa keberadaan umat Islam yang berjumlah mayoritas selalu menjadi pengayom dan mengedepankan toleransi, tetapi sebaliknya jika posisinya minoritas selalu menjadi sasaran kezaliman.
Oleh karenanya penulis berpesan kepada dunia Islam agar tidak terpancing atas tindakan biadab yang dilakukan oleh teroris dan tidak melakukan tindakan balasan kepada lain yang tidak terlibat dan agar menyerahkan urusan ini kepada otoritas atau pihak yang benwenang.
Penulis juga mengingatkan bahwa Pembantaian serupa juga terjadi hampir setiap hari di Palestina yang dilakukan para teroris Israel. Juga di Suriah, Myanmar, dan seterusnya. Wallahualam.
La haula wal quwwata illa billah