Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, gugur dalam serangan militer Israel di Gaza. Kematian ini terekam oleh drone militer, memperlihatkan perlawanan terakhirnya hingga menghembuskan nafas sebagai syuhada. Dalam rekaman kematiannya, ditemukan tasbih dari salah satu kantung pakaiannya, simbol keteguhan spiritual seorang pejuang. Bagi Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI), kematian Yahya Sinwar dalam jihad Palestina tidak hanya merupakan kehilangan seorang pemimpin, tetapi juga teladan bagi aktivis dakwah.
Yahya Sinwar “The Butcher of Khan Younis”, bukan hanya seorang komandan militer, melainkan ikon perlawanan tanpa kompromi terhadap penindasan Israel. Lahir di Khan Younis pada tahun 1962, ia menjadi simbol perlawanan Palestina selaku mastermid Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas. Setelah menjalani hukuman penjara 22 tahun oleh Israel, Sinwar kembali memimpin Hamas dengan tekad yang tak tergoyahkan. Gugurnya Yahya Sinwar dipandang sebagai syahid, yang dalam Islam, bukanlah kematian yang biasa, melainkan bentuk kemenangan akhir. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup, di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (QS. Ali Imran: 169).
Lidmi melihat kematian Yahya Sinwar sebagai inspirasi bagi seluruh kader dan aktivis dakwah kampus. Dalam kondisi terjepit, Yahya Sinwar tetap menunjukkan keteguhan dan keberanian sebagai seorang Muslim yang siap menghadapi maut demi memperjuangkan agama Allah. Keberadaannya di medan jihad hingga nafas terakhir bukanlah sekedar tindakan militer, tetapi juga jihad fisabilillah. Temuan tasbih adalah saksi keimanan yang tak pernah goyah, bahkan di tengah serangan brutal musuh.
Kematian ini menginspirasi Lidmi untuk terus bergerak, mengokohkan barisan dakwah kampus di seluruh Indonesia. Yahya Sinwar adalah teladan bagaimana pemimpin Islam sejati seharusnya; tegas dalam memperjuangkan kebenaran, tidak gentar menghadapi musuh, dan tetap berpegang pada dzikir serta tawakkal kepada Allah.
Sebagai OKP Kemahasiswaan, Lidmi menyadari pentingnya memperkuat militansi spiritual para aktivis dakwah. Kematian Yahya Sinwar yang terekam dalam drone menegaskan bahwa jihad tidak hanya dilakukan dengan kekuatan fisik, tetapi juga dengan kekuatan iman yang teguh. Para aktivis dakwah diajak untuk terus berpegang pada prinsip ini, baik dalam menyampaikan pesan-pesan Islam di kampus, maupun di tengah masyarakat.
Nasehat kepada para aktivis dakwah kampus di Indonesia untuk senantiasa menyiapkan diri menghadapi kematian sebagai syuhada, seperti yang dicontohkan Yahya Sinwar. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan umat-Nya untuk tidak takut terhadap kematian di jalan-Nya:
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Al-Ankabut: 6).
Kematian Yahya Sinwar seharusnya menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus berjihad dalam berbagai aspek kehidupan. Sohib Lidmi diingatkan bahwa jihad dakwah, meskipun tidak selalu fisik, adalah jihad besar yang membutuhkan komitmen penuh dan keberanian menghadapi tantangan ideologis di tengah-tengah kampus. Perjuangan ini tidak hanya untuk dunia, tetapi untuk mencapai syahid yang mulia di akhirat kelak.
Dengan demikian, kematian Yahya Sinwar memberikan pesan yang jelas: Dalam perjuangan di jalan Allah, kesyahidan adalah kemenangan yang sesungguhnya, dan bagi Lidmi, ini menjadi semangat dalam dakwah yang terus berlanjut.