LOMBOK UTARA – Pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB), mulai Sabtu (25/8/2018) lalu, telah menarik status tanggap darurat bencana Gempa Lombok dan sekitarnya berkaitan dengan menurunnya aktivitas gempa bumi.
Akibatnya, warga yang sebelumnya menghuni posko pengungsian memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing walaupun belum utuh seperti semula.
“Informasi pencabutan ini menjadi magnet bagi warga beberapa posko, salah satunya adalah posko III Desa Rempek Kabupaten Lombok Utara (KLU) ini,” Ujar Hafid, Relawan Lidmi Peduli, Rabu (29/8/2018).
Hafid menuturkan, setelah dilaksanakan pendataan kebutuhan utama warga pasca gempa saat ini, logistik yang paling dicari adalah tenda/ terpal yang akan menjadi hunian sementara mereka untuk menunggu pulihnya situasi dan terbangunnya kembali rumah kediaman mereka.
“Kebutuhan terpal menjadi dua kali lipat, sebab beberapa kepala keluarga yang awalnya bergabung dalam satu terpal, ketika kembali ke tempat tinggal mereka, tentu harus mendiami satu terpal hunian tersendiri, berpisah dari kepala keluarga yang lainnya,” tukasnya.
Syarifuddin selaku penanggungjawab posko III Desa Rempek KLU membenarkan hal tersebut.
Menurutnya, saat ini seluruh warga yang mendiami satu RT kembali bersatu setelah sebelumnya berpencar dalam beberapa posko, sehingga kebutuhan terpal meningkat.
“Terpal yang digunakan warga sudah mulai rusak karena terpanggang oleh sinar matahari, maka ini menjadi kebutuhan paling penting warga kami,” tambahnya.
Kebutuhan tenda/terpal ini menjadi kebutuhan utama selain makanan dan kesehatan, yang terjadi di seluruh daerah terdampak gempa.
Maka bersamaan dengan hal tersebut, Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia menggelar program Gerakan 1000 Terpal dengan hastag #Gerakan1000Terpal yang kemudian akan menutupi kebutuhan darurat para korban gempa bumi NTB dan sekitarnya.
Donasi terpal bisa disalurkan ke rekening BNI Syariah, 073 371 734 4, atas nama Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia, dengan konfirmasi donasi melalui +628 539 526 955 9. []