Dalam Khutbahnya tadi siang[1], Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS atau yang akrab dipanggil Kiai Didin, menyampaikan beberapa hikmah dalam penggalan ayat dari QS. At-Taubah. 67-68 dan 71-78. Penggalan dua ayat pertama bercerita tentang bagaimana kelompok orang-orang munafik yang bekerja secara berkelompok untuk menegakkan supremasi kekuatannya. Penggalan ayat kedua berbicara tentang lawannya, kelompok orang beriman.
ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٦٧ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ هِيَ حَسۡبُهُمۡۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّقِيمٞ ٦٨
- Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma´ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. 68. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.
Dalam ayat tersebut, Kiai Didin menjelaskan karakteristik kelompok orang-orang munafik diantaranya:
Pertama, Saling membantu satu sama Lain
Dalam kaitannya dengan apa yang sedang hangat diberitakan di media, maka kasus LGBT yang banyak didukung dan dipropagandakan oleh orang-orang yang membela keburukan dan kejahatan dengan mengatasnamakan HAM, sejatinya adalah bekerja secara berkelompok. Mereka saling membantu satu dengan yang lain serta bekerja serentak dan satu suara agar kejahatan bisa diterima sebagai sebuah kebenaran. Sehingga jelaslah bagaimana al-Qur’an mengungkapkan bahwa kejahatan juga diusung dalam bentuk organisasi yang terstruktur secara rapi.
Kedua, Menyuruh kepada kemunkaran
Karakter yang lain adalah Ya’muruna bi al-Munkar, yang bermakna bahwa orang-orang munafik dengan persatuannya di atas kalimat kejahatan, mereka akan menyuruh kepada perbuatan yang buruk dan rusak.
Secara akal sehat, kita tidak akan bisa menerima, hanya karena alasan cinta seseorang mencintai kambing untuk dinikahi. Demikian halnya cinta kepada tuyul atau jin. Cinta seperti itu adalah cinta yang keliru, karena tidak mengantarkan kepada kebahagiaan dan cinta yang sebenarnya. Begitu pula menikah atau mencintai sesama jenis adalah kerusakan yang betul-betul menyimpang dari fitrah manusia. Maka kalangan munafik akan berupaya tetap dengan berbagai alasan untuk memperjuangkan bagaimanapun, kemungkaran disebarkan dan bisa diterima oleh masyarakat.
Maka dukungan terhadap segala bentuk kampanye pernikahan sesama jenis. Berusaha mengesahkan cinta sesama jenis yang dibalut dengan faham liberalisme, sekulerisme, dan bahkan hedonisme, sejatinya adalah usaha untuk menghancurkan kemanusiaan itu sendiri. Manusia diturunkan dari fitrahnya sebagai makhluk mulia yang mencintai kebaikan dan kejujuran, dirubah menjadi manusia yang tidak lagi mengenal batasan-batasan kepatutan dan kepantasan. Tidak lagi ada ikatan pernikahan yang sah, sehingga jadinya, yang ada adalah kerusakan moral dan akhlak. Yang semua itu menunjukkan rusaknya akal dan fitrah manusia.
Ketiga, Melarang dari perbuatan ma’ruf
Karakter ketiga adalah melarang kepada kebaikan. Bahwa pernikahan, yang menyatukan dua insan, laki-laki dan perempuan hakikatnya adalah untuk saling menjaga dan melengkapi. Saling memberi kasih sayang, dan yang paling penting adalah mendapatkan keturunan. Hingga manusia di bumi ini berkembang, lestari dan tidak menjadi punah.
Sehingga berarti dukungan kepada LGBT, juga berarti penolakan atas pernikahan yang baik dan benar. Pernikahan yang suci dan normal. Sebab, para penganjur LGBT, yang memperjuangkan pengakuan terhadap aspirasi mereka, secara tidak langsung mempromosikan bahwa, hubungan antara lelaki dan perempuan tidak mesti menjadi pilihan mutlak bagi seseorang. Ia bisa menikmati orientasi seksualnya, kemana pun ‘arah’nya.
Tidak cukup hanya tiga karakter orang-orang munafik itu, yang paling terlihat adalah karakter mereka yang keempat yaitu,
Keempat, Kikir dan Penakut (menggenggam tangan mereka)
Maksud dari wa yaqbidhuna aidiyahum adalah mereka menunjukkan kekikiran kepada manusia. Tidak terlihat dari mereka semangat pengorban untuk kebaikan. Yang mereka perjuangkan adalah sesuai dengan kondisi finansial mereka. Jika bantuan datang mereka bergerak. Namun jika support dana dari yayasan atau fundation berhenti, maka kinerja mereka juga akan melambat, bahkan akan berhenti. Karena sifat jelas orang-orang munafik adalah takut. Takut akan kekurangan, takut akan bahaya ancaman jiwa dan lain-lain.
Disebabkan semua sifat seperti ini, maka Allah mengancam mereka dengan adzab yang pedih. Mungkin tidak serta merta di dunia. Akan tetapi, Allah bisa saja menyimpannya di akhirat dengan balasan yang sangat menyakitkan. Naudzu billah…
Adapun kelompok yang kedua, kata Kiai Didin adalah karakter orang-orang beriman. Dimana Allah menyebutkan dalam al-Qur’an,
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٧٢
- Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana 72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ´Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar
Ayat di atas menjelaskan sifat orang-orang beriman, diantaranya adalah:
Pertama, Menolong (dan saling melindungi) satu dengan yang Lain
Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana orang-orang beriman dalam bekerja dalam kebenaran, mereka bahu-membahu dan saling melindungi. Ayat ini secara khusus berbeda, dengan ayat sebelumnya. Karena Allah menyebutkan perkataan Auliyaa, yang artinya menolong/melindungi satu dengan yang lain. Berarti, karakteristik orang-orang beriman dalam berjamaah memperjuangkan kebenaran adalah mereka saling melindungi, jika ada diantara mereka yang terkena musibah, fitnah atau pun kesusahan. Mereka tidak seperti orang-orang munafik yang kelihatannya bersatu, namun sebenarnya tidak terikat dalam satu hati yang sama.
Kedua, Menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf
Karakteristik yang kedua adalah mereka tolong menolong dalam memerintah dan mengajak kepada kebaikan. Sebab ciri orang beriman adalah senantiasa dalam hatinya akan membela kebenaran, paling minimal membela dalam hatinya, jika ia tidak mampu lagi untuk bertindak. Atau berada di luar dari kemampuannya untuk berdakwah.
Orang-orang beriman akan berusaha untuk mengajak manusia ke dalam fitrah yang lurus. Kembali kepada bentuk, sifat dan karakter asal sebagaimana yang diciptakan Tuhan. Cinta kepada lawan jenis, cinta kepada anak-anak dan keturunan serta melestarikan manusia hingga sampai pada derajat yang bermartabat. Mereka memperjuangkan fitrah itu, sekalipun orang-orang munafiq berusaha mengganggunya dan melemahkan argumen dan kedudukannya.
Sangat jelaslah bagaimana Gerakan LGBT menodong dan menuding upaya untuk menjaga keturunan, jiwa dan kemuliaan manusia dirusak tatanannya oleh propaganda LGBT yang berlandaskan paham kebebasan yang sebebas-bebasnya, bahkan bebas Tuhan (ateisme).
Ketiga, Mencegah dari yang munkar
Karakter orang beriman beirkutnya adalah mencegah kemungkaran sebagaimana usahanya untuk mengajak kepada kebaikan. Mereka akan berusaha mencegah manusia untuk jatuh dalam kesesatan dan penyimpangan. Sebab mereka mencintai kebenaran.
Keempat, Mendirikan shalat dan menunaikan zakat
Karakter selanjutnya adalah mendirikan shalat dan menunaikan zakat, yang menunjukkan bahwa perjuangan orang beriman, tidak cukup sekedar usaha secara fisik, dan kerja yang nyata. Tetapi juga membutuhkan doa dan permohonan kepada Allah. Sebab yang menentukan keberhasilan mereka adalah Allah azza wajjalla.
Demikian pula, mereka juga tidak sekedar memperkuat hubungannya dengan Tuhan, namun juga menjaga hubungan sosialnya dalam muamalah dan ibadah sosial. Sebab ibadah vertikal tidak bisa dipisahkan dari ibadah horisontal.
Kelima, Taat Kepada Allah
Karakter yang terakhir dari orang-orang beriman adalah taat kepada Allah dalam menjalankan segala macam usahanya kepada Allah. Mereka tidak menghilangkan kemungkaran dengan kemungkaran. Tidak bertindak radikal dan ghuluw (ekstrim), hingga memunculkan fitnah kerusakan.
Mereka berpikir dengan bijak, serta menempuh usahanya untuk memperjuangkan kebenaran dengan cara-cara yang telah digariskan oleh Allah azza wajalla.
Mereka inilah yang dijanjikan Syurga oleh Allah, karena konsistensi dan komitmen mereka dalam memegang teguh kebenaran serta memperjuangkannya.
Semoga Allah memberikan Hidayah-Nya kepada kita untuk menetapi kebenaran dan memperjuangkannya, amin. Wallohu a’lam bi as-shawab.
Penulis: Syamsuar Hamka (Ketua Dept. Kajian Strategis PP LIDMI 2016-2018)
[1] Jumat 20 Februari 2016 di Masjid al-Hijri II UIKA Bogor