MAKASSAR – Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk membina dan mempersiapkan Generasi yang akan mejadi tiang peradaban Bangsa.
Mirisnya, Pendidikan yang dicita-citakan menciptakan generasi yang beradab dan berilmu kini mulai kehilangan arah.
“Banyak problem pendidikan dalam negeri kita, padahal rasio guru dan siswa kita adalah satu berbanding lima belas. Anehnya kualitas pendidikan kita tidak naik, malah tunjangan pendidik yang mengalami peningkatan, kan Lucu,” ungkap Doktor Adian Husaini saat memberikan materi Pelatihan Guru Keluarga di Baruga Anging Mammiri Makassar, Ahad (23/12/2018).
Salah satu problemnya menurut Ustad Adian sapaan akrabnya, terletak dari kurikulum Pendidikan yang sarat akan nilai-nilai Liberalisme.
“Kurikulum pendidikan kita mendefinisikan asal usul manusia saja salah, maka wajar jika pendidikan manusianya salah,” paparnya.
Peneliti Senior Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST) ini mengambil salah satu contoh kecil penerapan liberalisme dalam kurikulum Pendidikan, yakni pada penyebutan asal-usul manusia.
Kurikulum Pendidikan sekolah kita, ungkap Ustad Adian, memperkenalkan Teori Evolusi sebagai asal usul penciptaan manusia, sedangkan ini adalah bagian paling dasar dalam eksistensi manusia.
“Kita mau menyampaikan bahwa manusia itu berasal dari Nabi Adam Alaihi Salam. Pernah di surga, berdebat dengan Iblis, hingga ditipu oleh Iblis. Sampai saat ini kita masih bertarung dengan Iblis. Jika anak-anak sekolah kita disampaikan demikian, maka mereka akan paham tujuan kehidupan dan cara beragama yang baik,” jelasnya.
“Coba kalau disampaikan manusia berasal dari Monyet, lahir dari Monyet, hidup untuk bertahan hidup dengan makan dan lain-lain, maka lahirlah generasi yang sekuler, yang tahunya hanya makan dan menghabiskan waktu sekedar untuk bertahan hidup saja,” tambahnya.
Maka inilah salah satu contoh kecil menurut Ustad Adian, yang harus diperbaiki dalam kurikulum Pendidikan di sekolah-sekolah.
Menurutnya, semua orang Islam yang sadar akan ini harus berjihad, mengerahkan seluruh potensi untuk melawan penerapan-penerapan Liberalisme.
Dengan menerapkan nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kurikulum, lanjut dia, maka Pendidikan yang beradab dan berakhlak kepada generasi bangsa akan tercipta.

“Keunikan konsep ilmu dalam Islam itu ada lima. Pertama, mencari ilmu adalah kewajiban dan kemuliaan. Generasi muda kita harus diperkenalkan kewajiban menuntut ilmu dalam Islam sehingga menumbuhkan kesungguh-sungguhan dan keuletan dalam belajar,” terangnya.
Keunikan yang kedua, lanjut Ustad kelahiran Bojonegoro 53 tahun yang lalu ini, Pendidikan Islam memiliki konsep Epistemologi Integral dengan memadukan tiga sumber ilmu yakni pancaindera, akal, khabar Shadiq.
“Didalamnya juga ada konsep maratibul Ilmi, serta keunikan yang terakhir adalah adanya penekanan adab dan akhlak sebelum ilmu, karena model baku pendidikan Islam adalah beradab kemudian berilmu,” tambahnya.
Dalam pelatihan yang berlangsung, Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor ini juga memaparkan beberapa materi antara lain Islamic Worldview, Memahami Paham-paham Liberal, Fiqih Dakwah, dan Kiat Menulis Ilmiah Populer.

Pelatihan Guru Keluarga ini dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP Lidmi) bekerjasama dengan Forum Muslimah Dakwah Kampus Indonesia (FMDKI) Pusat, yang merupakan rangkaian dari Musyawarah Pimpinan Nasional (MUSPIMNAS) LIDMI 2018.
Mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Makassar, Pelatihan ini dihadiri oleh puluhan peserta yang berasal dari kalangan Mahasiswa, Pendidik, dan Masyarakat umum.(*RH)