Buka Buku Sirah
Arahkan pandangan ikhwa dan akhwat ke lembaran yang membahas tentang tugas Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan sahabat beliau. Ternya tugas mereka bukan untuk mencari titel yang ujung-ujungnya bangga-banggaan, mencari harta yang melahirkan sifat sombong dan kikir. Memperoleh kedudukan yang berakhir pada takabbur dan bangga diri.
Dan pada lembaran yang lain antum akan dapatkan tugas serta visi dan misi mereka. Ternyata tugas pokok mereka adalah menyelamatkan manusia dari menyembah kepada sesama makhluk, menuju penyembahan hanya kepada allah. Menyelamatkan manusia dari cinta, takut dan berharap kepada sesame makhluk, menuju ketergatungan hanya kepada Allah. Itulah keinginan mereka….!!!
Akhi…ukhti… mari kita periksa keinginan kita…???
Adakah dalam daftar keinginan kita untuk tidak mau melihat orang lain menduakan Allah dalam beribadah kepada-Nya?, telah siapkan keinginan kita merelakan diri ini untuk menerima ejekan, hinaan, siksaan sebagai konsekwensi dari memperjuangkan agama Allah? Telah tertuliskah dalam keinginan kita harapan untuk mati demi islam itu?. Kalaupun semuanya belum tertulis, sekarang saatnya kita perbaharui daftar-daftar itu, insyaAllah belum terlambat.
Buktikan bahwa engkau pernah ada ketika takdir Allah memposisikan kita berprofesi sebagai seorang mahasiswa, maka tentunya dari lisan kita akan berucap “Alhamdulillah”. Apatah lagi lolos memasuki Akademi Pejuang Islam (API). Di antara ribuan bahkan jutaan orang, hanya kita yang dipilih oleh Allah untuk lolos seleksi, maka ungkapan “Subhanalloh” adalah sebuah bentuk ketawadhuan di depan Allah. Bagaimanapun keadaan kita sekarang ini, proseslah yang menetukan nilai akhir kita. Bisakah kita menjadi seorang bintang ataukah kita menjadi orang-orang yang tereliminasi.
Akhi….ukhti…. kitalah bintang yang sesungguhnya… maka tersenyumlah……..
Menjadi seorang bintang harus meninggalkan bekas. Sebagaimana seorang yang berjalan ditengah padang pasir, pastlah akan terlihat bekas-bekas telapak kaki mereka.
Andaikan kita disuruh membuktikan bahwa kita orang-orang yang tertarbiyah, apa yang haarus kita ungkapkan? Atau kita diminta membuktikan bahwa kita rijal-rijal pengusung dakwah yang apernah kuliah di UNM ini, jawaban apa yang harus kita berikan??. Silahkan kita cari jawabannya masing-masing.
Akhi…ku tak peduli apa jawaban antum atas pertanyaan tasi, ana hanya ingin mengatakan bahwa kita telah tertarbiyah bertahu-tahun, lalu sejauh mana pengaruhnya bagi kita, orang lain, juruasan, fakultas, kampus serta daerah kita. Kita pun telah shalat dan berpuasa bertahun-tahun lalu sejauh mana pengaruhnya terhadap jiwa kita dalam bersemangat untuk melanjutkan perjuangan para Rasul yang mulia di kampus ini.
Di jurusan misalnya, telah adakan bekas yang telah kita tinggalkan di sana. Sudah berapakah kader yang kita usahakan mendapat hidayah Allah lewat perantaraan kita. Begitupun di fakultas dan di kampus kita secara umum, seharusnya keberadaaan kita adalah merupakan bagian dari solusi.
Terkhusus di kampong, hadirnya kita di tengah-tengah masyarakat, sangat di impikan dan diharapkan. Saudara se islam kita di pelosok sana sudah kehausan, kelaparan, dan kekeringan petunjuk kepada kebenaran. Sementara cengkaraman pemurtadan dan upaya menjauhkan mereka dari tauhid sangat gencar dilakukan. Oleh karena itu berleha-leha, santai, acuh tak acuh dari amanh yang diberikan oleh FORDA masing-masing adalh pertanda bahwa kita bergembira melihat saudara seagama kita jahil akan agamanya. Kemungkinan terpuruk, kita hanya melambaikan tangan, sebagai pertanda bahwa mereka bukan lagi saudara se agama kita. Ingat akhi…. Kesalehan pribadi tidaklah cukup…. Mesti kebenaran ini harus disebarkan, ditularkan sehingga menjangkiti seluruh ummat ini.
Amanah Mesti Dipertanggungjawabkan
Terkhusus para pengusung dakwah di SC, FSI dan FORDA. Bersyukurlah karena ada amanah yang mengikat kita, ada sesuatu yang melatih kita untuk menjadi sosok yang bertanggung jawab, ada tanzim yang mengembleng kita menjadi rijal yang memiliki emosional stabil.
Posisi tidaklah menjadi ukuran maksimalnya kita dalam kerja dakwah. Ingat akhi….ukhti…. antara dakwah dan tanggung jawab dalam beberapa keadaan tertentu keduanya terpisahkan. Jangan sampai ada seorang ikhwa atau akhwat yang diberikan amanah, kemudia mereka lalai dari amanahnya dengan alasan tertentu lalu kita mengambil kesimpulan bahwa mereka telah meninggalkan dakwah. Bias jadi penyebab dan masalahnya berasal dari yang memberikan amanah tersebut. Oleh karena itu siapapun kita yang memiliki wewenang untuk membagi amanh maka sifat ego, merasa lebih, merasa telah berbuat, suka menyinggung dan sifat-sifat negatif lainnya harus di tinggalkan. Bias jadi ikhwa atau akhwat kita lebih memilih amanah yang diberikan oleh orang lain bukan disebabkan oleh dakwahnya tetapi pribadi kita yang ditolak.
Kemungkinan yang lain adalah sebagai seorang yang memiliki posisi penanggung jawab tertinggi dalam sebuah tanzim terlalu banyak menuntut kepada ikhwa atau akhwatnya yang lain. Pertanyaannya adalah apakah dulu pada saat posisi kita terpimpin termasukkah kita orang yang dengan senang hati memikul amanah yang diembankan keapda kita…? Ataukah sebaliknya……..
Untuk itu mari kita memuhasabah kembali masa lalu kita dan selanjutnya kita bersabar mengarungi perjuangan kedepan yang penuh dengan warna warni ini…
Bagi ikhwa dan akhwat yang dipimpin harus menyadari bahwa sekecil apapun amanah maka titik akhir nya adalah pertanggung jawaban.
Berjuanglah Sampai Tetesan Terakhir
Sekali tersenyum dan berbahagialah karena kita terpilih dan mengambil posisi dalam proyek yang sangat besar ini. Oleh karena itu, potensi apapun yang kita miliki senmaksimal mungkin kita berikan kepadanya. Akhi…. Ini proyek dari Allah Azza wa jalla.
Hibahkan diri, perasaan, waktu, harta, tetesan keringat, air mata, darah dan nyawa kita sepenuhnya secara ikhlas untuk mencapai keridhoan Allah.
Terkhusus kepada para pemimpin dan calon pemimpin
Sebelum memimpin orang lain (bagi yang belum memimpin) maka wujud dari kesiapan di pimpin adalah sebagaiman memimpin diri antum. Wilayah pertama yang harus di kuasai adalah penahanan diri dan pengolaan diri. Keduanya meliputi daerah nilai hidup, tujuan hidup, misi hidup ikhwa dan akhwaat sekalian.
Di dunia ini sangat jarang ditemukan pemimpin yang siap pakai, tapi bisa diselesaikan dengan cara belajar mengembangkan diri. Pemimpin yang berhenti mengembangkan keahlian dan kemampuan dirinya maka akan muncul keadaan dimana tantangan kepemimpinannya lebih besar dari kapasitasnya sehingga cepat atau lambat ia akan sampai pada titik harus segera dig anti.
Sebutan pemimpin mengarah pada sebuah pemahaman sebagai solusi suatu urusan. Akhi….ukhti…. ingatki bahwa isi pikiran dari seorang pemimpin adalah berupa solusi, bukan masalah yang banyak dirasakan.
Jika antum memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin maka syarat yang dilewati adalah uji kemampuan menghargai orang lain. Apa alasannya? Simple aja………. Karena seorang pemimpin harus bekerja sama dengan orang lain. Ini berarti bahwa kita harus bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, kesanggupan dan kekurangan-kekurangan orang lain. Seorang pemimpin harus sanggup menerima kenyataan yang ada, bahwa setiap orang memiliki andil dari suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersma-sama (teamork).
Terminal yang lain yang harus dilewati oleh calon pemimpin adalah siap menghadapi keragaman sikap dan karakter orang yang dipimpin. Keragaman orang yang dipimpin di satu kesempatan dapat menjadi kekuatan, di kesempatan yang lain dapat memunculkan berbagai masalah.
Akhi… janganlah terlalu berharap bahwa bawahan akan seluruhnya menyukai gaya kepemimpinan antum. Mungkin akan ada satu, dua atau lebih yang selalu lari dan berbuat salah bahkan akan mengkritik antum sebelum mereka menuruti instruksi yang diberikan. Oleh karena itu bersabarlah…. Dan bercita-citalah menjadi staf Allah terbaik.
Jazakumullah khair, semoga Allah senantiasa memberikan keistiqomahan kepada kita semua, amin…
Muh. Ilyas (Ketua KBM FT 2009-2010/Ketua Dept. Kaderisasi FSI RI UNM 2010-2011)
Makassar, Tabaria, blok A5/13 Pkl. 23.37 WITA
Ana tunggu nasehatnya antum sekalian di
(izyan_bima@yahoo,co,id)