MANADO — Keutuhan dan kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara kian menghadapi tantangan yang berat, dimana persoalan politik dan sosial dewasa ini, bermain peranan begitu hebat dalam menentukan wajah negara bangsa yang menganut berbeda-beda tapi tetap satu pada masa depan. Perbedaan harakah juang, lembaga dakwah di beberapa kampus negeri dan swasta, merupakan sebuah modal utama persatuan bangsa. Saling menutupi kekurangan, dan saling melebihkan satu sama lain.
Untuk itu, sebagai wadah untuk menerjemahkan persatuan itu, Pimpinan Daerah Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia, dalam rangka Pembukaan Muktamar II MPM Al-Qurthuba Universitas Sam Ratulangi Manado mengadakan kegiatan Dialog Kepemudaan Jejak Mahasiswa bertempat di Masjid Pendidikan Ulil Albab Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Jumat,( 22/2/2019).
Dalam kesempatan tersebut, hadir tiga lembaga kemahasiswaan, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Hadir sebagai pemateri dari Lidmi Manado, M. M. Yusril Ihza Djakaria, Iman Karim Ketua HMI Cabang Manado, Muhamat Fahri Duwila, Sekjen PD KAMMI Manado dan Rahmat Caesar Kohongia, Sekretaris Agitas, Aksi, dan Propaganda PMII Cabang Manado.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh Jaelani Husain, Ketua Badan Takmirul Masjid Pendidikan Ulil Albab Universitas Sam Ratulangi kemudian dilanjutkan dengan penyampaian dari Keynote Speaker Rignolda Djamaludin, Koordinator KKT LPPM Unsrat.
Acara tersebut diikuti oleh Mahasiswa muslim Unsrat, mahasiswa IAIN Manado, dan umum
Ketua PD LIDMI Manado, Yusril Ihza Djakaria menyampaikan pentingnya peran mahasiswa sebagai social control di tenah masyarakat.
“Kita lihat di surah Ali Imran ayat 110, disebutkan bahwa kita adalah umat terbaik karena kita berdakwah, beramar makruf dan bernahi mungkar serta beriman kepada Allah ta’ala,” tukasnya.
Sementara itu, ketua HMI menjelaskan tentang sejarah pergerakan mahasiswa. Sejak dahulu pemuda dan mahasiswa telah bergerak dan memberi warna bagi bangsa. Berbeda dengan KAMMI yang menekankan tentang perlunya partisipasi aktif dari mahasiswa dalam membaca, diskusi, dan bergerak. Juga, dari PMII membahas tentang tantangan mahasiswa menghadapi industri 4.0
“Kegiatan ini kita sengaja lakukan untuk mengajak para pemuda kembali ke masjid. Bahwa masjid juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat berdiskusi. Bukan hanya pada masalah syariat akan tetapi juga pada masalah yang berlaku umum,” pungkasnya.
Terakhir Ihza berharap, bahwa dialog seperti ini bisa terus diadakan. Mengingat, semakin ke depan, tantangan zaman semakin banyak. Dan pada bagian ini, peran mahasiswa, utamanya bagi lembaga dakwah memerankan perannya masing-masing. (ZTD)