Makassar – Asrullah, S.H., M.H. menutup kegiatan Mukernas IV PP Lidmi yang mengusung tema Transformasi Gerakan Progresif dan Kolaboratif, Menuju Indonesia Beradab. Acara ini bertempat di Hotel Raising Makassar dan via Zoom Meeting, Ahad (15/5/2022).
Dalam sambutannya, Asrullah menyebutkan bahwa program kerja yang disepakati pada Mukernas ini merepresentasikan kompleksitas masalah yang dihadapi pemuda saat ini.
“Dari setiap ketua-ketua bidang yang telah memaparkan agenda dan program kerja itu telah mewakili dari representasi kekompleksitasan soalan yang sedang dihadapi baik dalam perpektif global maupun nasional. Kita memiliki berbagai macam catatan kritis dalam kelembagaan kita. Salah satunya adalah terjadinya suatu degradasi moral. Degradasi moral paling mencolok yang sedang dipertontonkan di level elit adalah terlalu tinggi dan besarnya birahi untuk berkuasa sehingga berimplikasi terhadap fundamen bernegara yang dinisbikan,” ucapnya.
Dengan besarnya permasalahan yang ada, Ketua Umum PP Lidmi menekankan pentingnya pengurus Lidmi untuk terus melakukan tarbiyah. Tarbiyah dalam pemaknaan khusus maupun pelaksanaan tarbiyah spirit kebangsaan.
“Lidmi harus terus berkontribusi melakukan tarbiyah. Melakukan pembinaan baik secara makna khusus. Sebagaimana metode tarbiyah yang kita lakukan dalam pembinaan kader di kampus dan juga dalam mentarbiyah spirit kebangsaan. Kenapa ini merupakan hal yang harus didengungkan? Karena spirit kebangsaan yang sedang dibangun itu, kalau tidak diisi dengan moral yang kuat itu justru berdampak buruk terhadap pembangunan kehidupan keagamaan bangsa dan negara. Sebab kita tidak kekurangan orang-orang cerdas di bidang mengelola negara tetapi yang kurang adalah orang yang memiliki keahlian basis moral yang kuat. Ini merupakan ruang yang harus diisi oleh Lidmi di seluruh nusantara. Mulai dari level daerah, wilayah, dan pimpinan pusat untuk terus menyadari dan memberikan pencerahan akan soal tersebut. Jangan logika yang digunakan itu tidak sesuai dengan realitas yang terjadi,” lanjutnya.
Beliau mengingatkan bahwa peran Lidmilah untuk terus memberikan pencerahan dan tausiah kebangsaan. Sebagaimana hal ini telah dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa di masa lalu.
“Bangsa ini didirikan oleh dua spektrum besar. Yang pertama tokoh Islam yang dimotori oleh pejuang-pejuang kita. Ada Kiai Agus Salim, Ki Bagus Hadikusumo, Natsir, Syarifuddin Prawiranegara, Burhanudin Harahap, Yunan Nasution, dan tokoh-tokoh lain. Yang kedua, tokoh nasionalis sekuler. Poinnya adalah sekarang dengan disahkannya UU TPKS itu merupakan penanda bahwa betul apa yang ada dalam anasir-anasir yang selama ini kita kritik itu tidak dilegitimasi, tetapi bisa ditunggangi karena dimultitafsirkan oleh ketentuan-ketentuan dan bisa disalah artikan. Maka untuk meluruskan itu, disinilah kapasitas kita di Lidmi untuk memberikan pencerahan dan tausiah kebangsaan lewat tulisan dan kemudian jawaban-jawaban akademis. Termasuk silaturahim dengan berbagai sektor termasuk di level kampus kita,” tegasnya.
Laporan : Fathur Rahman