MAKASSAR – Diskursus selama kurang lebih satu jam yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Kampus Forum Studi Islam Raudhatul Ilmi Universitas Negeri Makassar (LDK FSI RI UNM) membahas tentang “Tantangan dan Harapan Umat Islam” yang salah satunya membahas persoalan islamisasi pendidikan di Indonesia. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan jelang momen pergantian akhir tahun.
Dalam tajuk Kajian Kontemporer Akhir Tahun ini, FSI RI UNM mengundang Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang juga merupakan Dosen Program Doktoral Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Ustadz Adian Husaini, Sabtu (26/12/2020).
Dalam paparannya, Ustadz Adian menjelaskan tantangan pemikiran kontemporer yang dihadapai umat Islam saat ini. Salah satunya, bagaimana pendidikan di Indonesia itu harus benar-benar baik dan berperadaban.
Menurutnya, salah satu yang menjadi tantangan adalah bagaimana menjadikan pendidikan Islam itu lebih unggul dari pendidikan yang lainnya. “Kalau kita lihat, yang sekuler itu kenapa banyak yang minta, karena memang pendidikan Islam sendiri kurang dipersiapkan. Taruhlah misalnya, kita rela bayar banyak untuk pendidikan dunia, tapi pendidikan Islam yang ngaji, sholatnya tepat waktu, kadang kita mau yang agak murah,” kata lulusan IIUM Malaysia ini.
Meski demikian, dalam kesempatan tersebut ia menyampaikan bahwa geliat pendidikan berbasis Islam di Indonesia patut diapresiasi. “Kemarin saya bertemu dengan salah seorang orang tua siswa yang rela bayar mahal anaknya untuk sekolah di institusi Islam. Harga masuknya saja 150 Juta dan saya tanya apa tidak keberatan. Dia bilang tidak sama sekali,” tukasnya.
Ia menilai, sudah banyak masyarakat yang melek dengan pentingnya pendidikan Islam ini. Bayar mahal sudah tak jadi persoalan. Asalkan ada jaminan, lulusannya bisa baik, maka bisa dipastikan, orangtua mana pun kalau ditanya pasti tak akan meragukan sekolah Islam ini.
“Saya juga punya institusi Islam. Di Depok, saya coba dirikan Pesantren At Taqwa. Lulusannya itu bisa setara kelas S1 dan S2. Saya tanya tak jadi soalan kemana nantinya lulusan saya itu. Prinsip saya asal otaknya tidak liberal, ngajinya mantap, sholatnya benar sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ, itu jauh lebih penting,” imbuhnya.
“Kalau lulus hanya untuk cari makan, lalu apa bedanya kita dengan monyet. Monyet biar tidak kuliah malah lebih pintar nyari makan,” tukasnya kembali.
Kata Ustadz Adian, agar kita umat muslim bisa bersaing dengan paham-paham liberal di negeri sendiri, mestinya kita harus kuat pondasinya. “Kita punya konstitusi yang di pasal 29 itu jelas kebebasan menjalankan keyakinan dan agama masing-masing. Jadi ini bukti kalau negara kita menjamin islamisasi pendidikan itu sah, sebab yang mengusungnya jelas muslim. Kalau ada yang larang-larang mereka itu yang ga ngerti konstitusi,” pungkasnya. []