Oleh Andi Muh. Akhyar, S.Pd., M.Sc.*
Likuifaksi
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, likuifaksi adalah penurunan tanah akibat memadatnya volume lapisan tanah. Likuifaksi terbagi menjadi dua jenis. Ada yang berupa semburan air dari dalam tanah keluar memancar seperti air mancur. Dan bisa juga lapisan pasir yang menjadi padat karena gempa yang sangat kuat dan airnya terperas keluar sehingga mengalir membawa lapisan tanah tadi, sehingga seakan-akan hanyut. (https://www.liputan6.com/news/read/3656308/apa-itu-likuifaksi-fenomena-tanah-bergerak-saat-gempa-di-palu)
Islamisasi
Al-Attas mengartikan Islamisasi sebagai, ”Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belenggu paham sekular terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekular dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya…” (Islam dan Sekularisme, 2010).
Ada dua metode Islamisasi yang saling berhubungan dan sesuai urutan. Pertama, melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat. Kedua, memasukkan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan. (https://insists.id/lima-konsep-islamisasi-sains/)
Islamisasi Likuifaksi
Tahapan pertama untuk mengislamisasikan likuifaksi ialah dengan menghilangkan elemen-elemen dan konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat. Peradaban Barat berlandaskan pada paham sekularisme, rasionalisme, dan materialisme. Menurut mereka, rasio-lah satu-satunya pengetahuan, ia harus terbebas dari prinsip keagamaan seperti wahyu, tuhan, credo, nilai, dll. Semua gejala alam dapat dijelaskan secara mekanikal-determinis, seperti layaknya mesin.
Tahapan pertama dalam islamisasi likuifasi adalah menghilangkan paham Barat bahwa likuifaksi ini hanyalah gejala alam yang mekanikal-determinis, yang tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya.
Tahapan ke dua, memasukkan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep kunci ke dalamnya. Konsep Islam yang pertama dan yang paling utama untuk dimasukkan dalam likuifaksi adalah konsep tauhid, bahwa segalanya tejadi atas kehendak Allah ta’ala. Dalam Islam, fakta tak bisa dipisahkan dari nilai. Fakta terjadinya likuifaksi tak bisa dibebaskan dari nilai tauhidiy.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” (TQS. Yunus:31)
Terjadinya likuifaksi adalah urusan Allah ta’ala. Tidak ada sesuatu pun terjadi di muka bumi, kecuali kecuali atas kehendak Allah. “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpannya.” (HR. Tirmidzi)
Konsep Islam kedua yang bisa dimasukkan dalam peristiwa likuifasi ini adalah ujian. Bagi orang yang bertakwa, maka likuifaksi itu merupakan ujian sebagai bentuk cinta Allah padanya dan untuk meningkatkan ketakwaannya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Besarnya suatu pahala adalah tergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka. Jika (dengan ujian tersebut) mereka ridha, maka Allah pun memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa yang marah (tidak ridha), maka Allah pun marah terhadapnya.” (HR. Turmidzi dan Ibnu Majah).
Dari Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, ia berkata “aku bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab, “Para nabi, kemudian orang-orang yang seperti para nabi, kemudian orang-orang yang seperti mereka. Seorang hamba diuji Allah berdasarkan keimanannya. Jika keimanannya kokoh, maka akan semakin berat cobaannya. Namun jika keimanannya lemah, maka ia akan diuji berdasarkan keimanannya tersebut. Dan cobaan tidak akan berpisah dari seorang hamba hingga nanti ia meninggalkannya berjalan di muka bumi seperti ia tidak memiliki satu dosa pun. (HR. Turmidzi).
Konsep Islam yang ketiga yang dapat dimasukkan, adalah Adzab. likuifaksi merupakan adzab Allah ta’ala bagi ahli maksiat. Sesuai sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dari Abdullah bin Mas’ud. bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah suatu kaum mereka melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka.” (HR. Ahmad)
Peristiwa likuifaksi ini, tanah dibuat bergerak dan menenggelamkan apapun yang ada di atasnya, mirip dengan kejadian yang pernah tejadi di zaman nabi Luth alaihissalam. Sebagaimana Firman Allah ta’ala yang atinya, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas ke bawah,…dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (TQS. Huud, 11: 82-83).
Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa tatkala datang perintah Allah untuk membinasakan mereka, Allah memerintahkan malaikat Jibril alaihi salam mengangkat negeri mereka ke atas kemudian menjatuhkannya ke bumi dalam keadaan terbalik. Adapun dalam tafsir al misbah, “Tatkala terjadi adzab yang telah Kami tentukan datang, kami jadikan negeri yang ditinggali kaum Luth terbalik, yang diatas menjadi ke bawah.”
Peristiwa likuifaksi ini juga mirip dengan yang pernah terjadi di zaman Karun. Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Karun beserta pengikutnya, Allah benamkan mereka ke dalam bumi sehingga kekayaannya sedikitpun tidak tersisa. Ini lantaran ia sombong kepada Allah” (TQS Al-Qashash: 81).
Dijelaskan dalam tafsir Jalalain, “(Maka Kami benamkan dia) Karun (berserat rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada lagi baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap adzab Allah) seumpama penolong itu dapat mencegah kebinasaan dari diri Karun. (Dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya) dari adzab Allah.”
Senada dengan itu, dalam tafsir Al-misbah pun menyebutkan bahwa Allah kemudian melongsorkan tanah bersama Karun dan rumahnya pun tertelan, berikut harta benda dan perhiasannya.
Kaum Nabi luth diadzab karena melakukan homoseksual (QS. Al ‘Ankabuut, 29: 28-29). Adapun Karun diadzab karena sombong dan kufur nikmat (QS. Al Qasas: 78).
Konsep Islam ke empat yang dimasukkan dalam peristiwa likuifaksi ini adalah tafakkur. Selayaknya bagi orang yang berpikir, merenungkan ayat-ayat kauniyah Allah yang memvisualisasikan ayat quraniah-Nya. Sebelum terjadinya likuifaksi tersebut, tatkala kita membaca kisah dibenamkannya kaum Luth dan Karun ke dalam tanah, kita belum mampu memvisualisasikannya. Namun dengan teradinya peristiwa ini, menjadi nyatalah bahwa peristiwa itu empirik. Allah dengan kekuasaannya mampu membenamkan manusia dan segala harta bendanya ke dalam tanah.
Muhasabah, sabar, dan taubat merupakan komponen Islam yang yang dapat dimasukkan dalam peritiwa likuifaksi ini. Hendaknya, kita bisa bermuhasabah, mengintropeksi diri, ini merupakan ujian atau adzab? Jika ini ujian, hendaknya kita bersabar dan jika ini adzab, hendaknya kita bertaubat.
Islamisasi likuifaksi akan mengantarkan kita pada internalisasi nilai-nilai Islam dalam fakta likuifaksi tersebut. Pada akhirnya, pemahaman tentang likuifaksi dapat menjadikan kita semakin dekat dengan Allah (QS. Fathir:28).
*(Dosen Fisika Universitas Muslim Maros dan MSO Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia)