Sedikitnya 433 korban bencana banjir bandang Kabupaten Garut menghuni Markas Komando Resort Militer 062 Tarumanagara yang dijadikan pos pengungsian. “Pengungsi ditempatkan di aula Korem dalam keadaan baik. Ketersediaan permakanan, air bersih cukup. Plus bantuan dari masyarakat,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei di Garut. Demikian ulasan berita yang dikutip dari BBC.com
Alam adalah makhluq Allah yang diciptakan di luar diri-Nya. Alam juga merupakan unsur yang berhubungan dengan manusia. Dengan diciptakannya manusia sebagai Khalifah, maka alam menjadi pusat objek untuk dikelola. Demikian halnya untuk menjadi tempat perlindungan.
Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya) (QS. An-Nahl: 81).
Karena itu, keberadaan alam bukanlah suatu hal yang sia-sia. Keberadaannya terkandung hikmah bagi orang-orang yang berakal. Sementara orang-orang Kafir tidak mengetahuinya.
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah, yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Saad: 27)
Karena itu, alam hendaknya dijaga dan dipelihara. Alam senantiasa dilestarikan. Dalam Islam perintah akan kebersihan serta kehati-hatian dalam mengelola alam sangat ditekankan. Sebab tidak lain, kerusakan alam, adalah karena ulah tangan manusia itu sendiri.
Banjir bandang yang terjadi menjelang tengah malam, di Kecamatan Tarogong Kidul terutama, di daerah aliran sungai Cimanuk. Akhirnya air sungai Cimanuk meluap dan langsung menghantam pemukiman sekitar. Bahkan ketinggiannya 1,5-2 meter, hingga banyak yang sampai melewati atap rumah penduduk. Akhirnya, banjir tersebut, menyisakan dua orang korban jiwa. Dan ratusan juta kerugian material.
Apa yang terjadi tersebut tentu menjadi keprihatinan bagi kita semua. Namun, dibalik itu, tentu harus kita tarik hikmah dan pelajaran. Sebab sebuah bencana, tidak lain karena ada beberapa faktor yang mengundang faktor tersebut. Diantaranya adalah,
Pertama, Musibah tersebut adalah ujian. Bagaimana mengetahui bahwa musibah itu adalah ujian ?. jika penduduknya sebagian besar adalah orang-orang yang bertaqwa. Karena Nabi Shallallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa, sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, Ia akan mengujinya.
Ujian adalah cara Allah Azza wa Jalla untuk meningkatkan derajat orang-orang beriman. Ujian dari Allah menjadi tangga untuk mengangkat posisi orang-orang beriman agar mereka lebih dicintai.
Kedua, Musibah tersebut adalah peringatan. Jika orang-orang yang mendapatkan musibah tersebut, terdiri dari orang-orang beriman dan orang-orang faajir. Musibah tersebut menjadi jalan bagi Allah untuk menegur orang-orang beriman agar menyebarkan amar makruf dan nahy mungkar. Sedangkan bagi mereka yang banyak bermaksiat, mereka diperingatkan agar mereka kembali kepada Allah.
Ketiga, Musibah tersebut adalah adzab. Jika musibah itu hanya menimpa orang-orang Faajir saja. Jika semua penduduk yang dikenai musibah adalah para ahli maksiat. Sehingga Allah menjadikan musibah tersebut sebagai jalan untuk menghilangkan dan membersihkan alam dan bumi dari maksiat yang terus menerus dilakukan.
Oleh karena itu, menjadi semakin jelas. Bahwa kebersahabatan alam adalah tergantung pada sikap manusia itu sendiri. Alam bisa dikelola dan diserap hasilnya untuk kemaslahatan umat manusia. Namun alam juga bisa melawan manusia. Menghancurkan dan membinasakan mereka.
Sehingga setiap bencana yang menimpa manusia seharusnya tidak dilihat dari aspek-aspek fisik saja. Seharusnya ia dilengkapi dengan aspek-aspek metafisik. Bahwa bencana tidak sekedar disebabkan oleh faktor-faktor geologis. Maksiat atau bisa menjadi peringatan, alam reaktif bagi manusia. (wllohu a’lam).
Syamsuar Hamka