Bismillah.
Disini, menatap ribuan mata yg seakan telah lelah, lelah akan dunia yg entah kmana tujuan dan arah.
Disini, tersemat ribuan bahasa yg tak sempat di sampaikan, terutama bahasa qalamullah.
Disini, semua telah bertanya namun belum terjawabkan.
Bagaimana akan terjawabkan, mereka belum mengenal betul siapa mempunyai kekuasaan di atas kekuasaan, singgasana di atas singgasana dan kerajaan di atas kerajaan.
Disini, telah berdiri orang-orang yang dulunya telah tertancap beribu pertanyaan ke tubuhnya mengenai jalan yg telah ia tapaki.
Jalan pewaris para Nabi (dakwah ilallah).
Mengapa engkau berada disini?
Mengapa harus jalan ini?
Mengapa engkau bertahan padahal engkau perih?
Mengapa engkau tinggalkn waktu panjag di kasur empukmu?
Mengapa engkau tinggalkan teman sepermainan hura2 mu?
Mengapa engkau terus menyusuri jln ini padahal hanya hitungan jari yg membenarkan mu, padahal sebagiannya hanya krn segan atau tak mau terputus manfaat dunia yg telah engkau berikan pd mereka.
Dijawabnya,
Seandainya dunia dan kehidupan ini telah berakhir, maka di tengah perjalanan nnti Insyaallah kita bertemu dg para sahabat dan sahabiyah.
Apa yg akan kita jawab bila mereka bertanya.
Dulu kami berada di jalan ini telah kami korbankan.
Istri dan suami Kami menjadi janda dan duda.
Anak” kami menjadi yatim dan piatu.
Harta” kami menjadi bekal pasir dan debu dalam peperangan.
Kaki” kami menjadi pembatas tanda di setiap medan laga.
Tangan” kami berpisah dari bahu demi terus tegak bendera lillah di medan laga.
Dan kami tidak di makamkan di tanah kelahiran kami.
# sudut bandara Sultan Hasanudin, Makassar . (menunggu pesawat)
Masya Allah