Oleh: Wahyudin (Staf Infokom PP Lidmi)
Selamat ulang tahun, Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-74, maju terus pantang menyerah dalam mengawal, merawat, mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bagi generasi Millenial yang lahir pada era 90-an atau generasi Z yang lahir pada kurun 2000-an, tidak semua mengetahui rekam sejarah TNI hingga usianya yang saat ini telah mencapai 74 tahun bersama lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tidak dapat di pungkiri bahwa 74 tahun TNI sebagai institusi angkatan bersenjata RI pertama memiliki peran yang sangat vital dalam melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta setiap jengkal wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke dari mianga sampai pulau rote.
Eksistensi TNI sebagai garda terdepan dalam mempertahankan setiap jengkal tanah air Indonesia walaupun terlihat kurang aktif atau eksis dalam kehidupan kita sehari hari layaknya Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang sering bersentuhan langsung dengan masyarakat, namun TNI krusial dan paling pertama saat bahaya mengancam bencana melanda.
Dalam keadaan damai maka TNI dan seluruh jajarannya yang dibawah akan senantiasa memantau dan turut serta membangun dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat berkoordinasi bersama setiap kepala pemerintahan baik itu daerah, wilayah ataupun pusat.
Namun di momen tertentu saat bencana besar terjadi seperti konflik perang atau bencana skala nasional terjadi, dimana struktur pemerintahan lumpuh, maka TNI mengambil alih memimpin pemerintahan darurat sampai pemerintahan daerah normal kembali.
Hal ini dapat kita lihat saat terjadi tsunami aceh dan terbaru adalah gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala.
TNI terlatih untuk bertahan dalam keadaan kritis sebagai benteng terakhir pertahanan bangsa. Kerjanya tak terlihat mata namun hasilnya sangat terasa sampai saat ini.
Di usia yang menginjak 74 tahun TNI selalu mengupgrade Alat Utama Senjatanya (Alutsista) yang terbagi dalam tiga Matra TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), maupun Angkatan Udara (AU) mengikuti perkembangan zaman dan membaca setiap ancaman yang dapat meronrong eksistensi NKRI.
Di lansir dari laman tirto.id pada (16/08/19) kekuatan Personel Militer Indonesia sebesar 800 ribu orang yang terdiri dari 400 ribu personel aktif dan 400 ribu personel cadangan.
Angkatan darat Indonesia memiliki 315 tangker perang dan kendaraan berawak 1,3 ribu, artileri otomatis 141 dan 356 artileri manual, serta 36 proyektor misil.
Angkatan udara Indonesia memiliki 62 transportasi udara dengan 104 personel pelatihan, dan memiliki 192 helikopter, 8 diantaranya helikopter perang.
Angkatan laut Indonesia memiliki 8 frigate, 24 corvet, 5 kapal selam, 139 kapal patroli, dan 11 pangkalan perang.
Sumber daya minyak bumi untuk militer Indonesia capai 1,66 juta barel per hari dan Indonesia memiliki cadangan minyak bumi sebanyak 3,23 miliar barel. Dana yang dikucurkan untuk kemiliteran sebesar 6,9 miliar dolar AS per tahun.
Jumlah pekerja di sektor militer Indonesia sebanyak 126,1 juta personel dengan jaringan perdagangan lautmencapai 8,7 ribu. Cakupan jalan di Indonesia mencapai 437,759 km dengan jalur rel 5,04 km. Indonesia memiliki 14 pelabuhan utama dan 673 bandara.
Data terbaru dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-74 di Taxi Way Eco, Landasan Udara Halim Perdanakusuma yang akan di pimpin langsung oleh Presiden RI Joko widodo beserta jajarannya serta Panglima TNI Jend. Hadi Tjahyanto tersebut, TNI akan memamerkan alat tempur terbaru karya PT. PINDAD antara lain medium tank Harimau, ranpur 8×8 Kobra, serta ranpur 6×6 Badak .
Medium Tank Harimau mengusung turet dengan meriam 105 milimeter dan senapan mesin Kaliber 7,62 milimeter dengan bobot 30-35 ton. Tank ini dilengkapi BMS (Battlefield Managemant System) yang terintegrasi penuh untuk mendukung situasi tempur moderen. Begitu pula ranpur 6×6 Badak, yang dapat mengangkut 11 orang dan di desain untuk tempur modern ujar Komaruddin sebagai Kepala PT PINDAD
TNI, Rakyat, dan Ulama
Di umur 74 di tengah kemajuan TNI dengan berbagai alutsistanya saat ini, TNI harus tetap pada khittah awal didirikannya.
TNI tidak boleh menjadi alat kekuasaan, politik, atau golongan tertentu, karena TNI lahir dari tetesan darah rakyat serta ulama.
Mulai dari sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro sampai Panglima Besar Soedirman mereka berasal dari rakyat sekaligus Ulama.
Mulai dari Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) yang di dirikan pada tanggal 3 oktober 1943 sebelum kemerdekaan, kemudian menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga sekarang bernama TNI. TNI tidak pernah lepas dari perjuangan rakyat dan Ulama
Dalam hati dan perjuangannya Jend. Soedirman selalu mengedepankan rakyat, anggotanya, dan bangsanya di atas kepentingan pribadi.
“Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu,” pungkasnya.
Lebih lanjut satu satunya Panglima Besar Bintang Lima ini menyebutkan pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita. Jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
Olehnya, 74 Tahun TNI tidak boleh disimpangkan menjadi alat politik kekuasaan, sebagaimana pernah terjadi pada era Orde Baru. TNI harus selalu berada di pihak kebenaran dan keadilan yang berlandaskan nilai nilai ketuhanan yang maha esa dalam Pancasila dan amanat konstitusi RI.
Sebagaimana pernah di wasiatkan oleh Panglima Besar Soedirman “Semua pengorbanan telah diberikan untuk satu tujuan suci, mempertahankan kebenaran dan keadilan. Pengorbanan diri harus menjadi perisai perjuangan kita. Perkuat keyakinanmu! Sucikan hatimu dan perbuatanmu! Pererat persatuanmu! Dengan rahmat Tuhan, kemenangan akan berada di pihak kita, oleh karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Adil. Kamu semua harus ingat, tidak ada kemenangan kalau tidak ada kekuatan. Tidak akan ada kekuatan kalau tidak ada persatuan. Tidak akan ada persatuan kalau tidak ada keutamaan. Tidak akan ada keutamaan kalau tidak ajaran kejiwaan mentasbihkan semua usaha kita kepada Tuhan.”
Oleh karena itu rakyat menaruh harapan sangat besar pada TNI yang saat ini selain di lihat dari sisi historisnya dari ummat dan para Ulama, TNI jugalah yang mampu mengayomi dan melindungi rakyat di saat ketidakadilan dan kedzaliman terjadi di mana mana
Sekali Lagi Dirgahayu TNI 74 “Profesional Kebanggaan Rakyat. “Semoga TNI dapat betul betul menjadi lembaga Profesional dan juga Kebanggaan Rakyat Indonesia. []