Oleh: Rustam Hafid, S.Pd (Ketua Departemen Infokom PP Lidmi)
Aku tak serius membersamaimu. Aku sok sibuk, bahkan pura-pura lupa kala indah waktu yang dilalui dulu bersamamu
Aku begitu kejam, mengorbankanmu di atas kepentingan pribadi. Padahal jika mengenang kenangan manis di dulu kala, engkaulah yang menjadi wasilah bacaan Alquranku sempurna
Engkaulah yang menjadi perantara, hidayah terjemput dan menetap di hatiku. Engkaulah hanya dijadikan sebagai senjata utama oleh sebagian orang kala meminang wanita yang akan menjadi istri
Mereka lupa ketika kata “Tarbiyah” tertulis dengan gagah di biodata ta’arufnya hingga mampu mendapatkan si dia yang juga tertarbiyah. Apakah memang engkau hanya dijadikan simbol penyelamat masa kejombloan?
Tarbiyahku Sayang, Tarbiyahku Malang
Maafkan aku, yang tak serius membersamaimu. Dua jam bersamamu merupakan waktu sisa dari 168 jam waktuku dalam sepekan. Aku malas menulis materimu, dan tak pernah membaca kembali catatan tentangmu
Bahkan kadang, aku sibuk sendiri membaca dan mengetik chat WhatsApp kala bersamamu. Bahkan catatan tentangmu bagaikan suhuf di masa Sahabat yang hanya lembaran-lembaran terselip di antara catatan kuliah dan catatan agenda kantor
Maafkan aku yang lebih serius mengurusi pekerjaan daripada mengurusimu. Tak pernah ada wewangian yang membaluti tubuhku kala menghadirimu. Beda jauh ketika aku ingin melangkah menuju ke kantor tempatku bekerja
Tarbiyahku Sayang, Tarbiyahku Malang
Ijinkan aku memperbaiki diri, dan tak durhaka lagi terhadapmu. Khususnya kepada Allah ta’ala yang telah menghadirkanmu untuk menjagaku