Palu – Tak pernah ada yang menyangka, Entah sahabat terdekat, sesama aktivis dakwah maupun di mata sang istri tercinta, ia akan berpulang dengan begitu cepat. Namun begitulah takdir kematian. Kita sebagai manusia tak bisa menolaknya, menambah atau mengurangi jatah usia mustahil kita lakukan.
Agus Djafar, mahasiswa Jurusan Teknik Universitas Tadulako angkatan 2012 ini meninggal dunia Selasa (17/7) lalu. Semua sahabat dan rekan sesama aktivis dakwah merasa kehilangan.
”Setelah ayahnya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, ia harus banting tulang menafkahi keluarganya. Bulan Januari kemarin akh Agus juga telah melepas masa lajangnya,” ungkap Husain, via applikasi WhatssApp, Sabtu (21/7).
Pengurus Pimpinan Daerah Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PD Lidmi) Palu ini menuturkan bahwa beliau merupakan kader dakwah yang militan. Meski harus membagi waktu karena kesibukan bekerja, tetap beliau tak lupa berdakwah.
”Dalam kondisi sesibuk itupun dia sering mengajak teman-temannya Taklim dan Tarbiyah. Sudah tidak terhitung lagi berapa kawannya yang dia ajak, untuk belajar agama,” tuturnya.
Tak pernah ada kata menyerah dalam kamus hidup pria berdarah Jawa ini. Bekerja selagi halal, membantu ibu berjualan roti, juga bekerja sebagai distributor pengharum pakaian dilakukannya asalkan bisa menghidupi keluarganya.
Di mata istrinya, Dyah Permatasari, beliau (Agus) adalah sosok yang begitu penyayang. Bahkan setelah meninggal dunia pun, istrinya masih sempat menuliskan beberapa larik kalimat untuk mengenang bagaimana sosok suaminya itu. Berikut tulisan sang itri lewat laman facebooknya:
Banyak yang sayang suamiku.
Allah lebih sayang sekali sama suamiku.Keinginannya mas di dunia mau menikah sama Diah, membahagiakan Diah sudah tercapai mas.
Keinginan mas di akhirat untuk masuk surga juga insyaAllah sudah tercapai mas.Mas orang yang sangat baik, sholeh, sabar, penyayang, menyayangi semua makhluk Allah.
Bahkan ketika ketemu binatang apapun kelaparan di jalan di beri makan dulu.Selalu mau membantu sesama teman keluarga sahabat bahkan orang yang tidak mas kenal, mau orang yang di sekeliling nya bahagia, tidak pernah mau merepotkan orang lain, sangat mandiri, ketika yang lain seumurannya hanya tahu minta uang sama orang tua, jalan kesana kemari, pacaran, tidak dengan suamiku, beliau sudah cari uang, banting tulang, panas matahari, dinginnya malam, di tembus untuk mencari rejeki yang halal untuk keluarganya.
Saya bangga dengan suamiku, darinya bisa belajar banyak hal, Sabar, perjuangan, pengorbanan, tidak mudah menyerah,
Diah sayang mas, Diah sayang sekali sama mas.
Suamiku Agus Djafar.
Kalau ada kesalahan suamiku mohon di maafkan teman teman.
Selamat tinggal sahabat, selamat tinggal duhai Mujahid dakwah. Semoga Allah ta’ala mempertemukan kita kembali di Jannah-Nya, Aamiin. (ZTD)
Smga almarhum du tmpatkn di tmpat yg selayknya!! Amin. Terimakasi sudh mnjadi senoirku di kmpus dan bnyk memberi nasehat.
Selamt jalan kanda ku. !!!
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..
Allahummagfirlahu, warhamhu