MAKASSAR – Dalam rangka menyatukan kembali semangat dan visi seluruh murabbi kampus se-Makassar, Pengurus Daerah Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PD LIDMI) kota Makassar menggelar Tarbiyah Gabungan (Targab) murabbi kampus bertempat di masjid Annas Bin Malik Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, jalan Inspeksi PAM Manggala, pada Ahad (04/01/2018) kemarin.
Kegiatan dengan tema “Optimalisasi Peran Murabbi Kampus dalam Mewujudkan Halaqah yang Dinamis dan Produktif” ini dihadiri oleh puluhan murabbi yang membina di seluruh kampus se-Makassar serta menghadirkan Ustad Qasim Saguni sebagai pembicara.
Berkaitan dengan tujuan pelaksanaan Targab ini, Muhammad Ridwan selaku penanggungjawab kegiatan mengatakan, kualitas tarbiyah dapat dilihat dari kemampuan murabbi dalam mengelola halakah binannya.
“seorang murabbi sangat besar peranannya dalam membentuk kader militan dan mewujudkan tujuan tarbiyah. Lahirnya kader-kader pejuang di medan dakwah tidak terlepas dari peran sang murabbi. Maka itulah LIDMI Makassar menyelenggarakan tarbiyah gabungan ini,” ujar pria asal Maros ini.
Sebagaimana diungkapkan oleh pemateri, ustad Qasim Saguni. Menurut ustad Qasim, halakah tarbiyah adalah sebuah pabrik, dan murabbi adalah produsernya.
Murabbi, setidaknya menurut dosen STIBA Makassar ini, harus memerhatikan Sembilan poin pokok dalam menjalankan fungsinya sebagai produser. Diantaranya adalah keikhlasan.
“Keikhlasan adalah hal pokok dalam setiap ibadah, tanpa terkecuali ketika menjadi murabbi. Jika ikhlas karena Allah dipupuk dalam hati, maka Allah subhana wa ta’ala akan mencatatnya sebagai amal shalih dan akan memudahkan kader tarbiyah kita menerapkan nilai-nilai tarbiyah dalam hidupnya,” ungkap ustad Qasim.
Melanjutkan materinya, poin kedua menurut alumni Universitas Hasanuddin ini, murabbi harus menjadikan halakah tabiyah sebagai pabrik untuk menghasilkan kader-kader militan yang bermanfaat bagi agama dan bangsa. Selanjutnya sebagai poin ketiga, murabbi harus mampu membangun kedekatan dengan mutarabbi (anak bimbingannya) dengan menunjukkan sikap lemah lembut kepada mereka.
Poin keempat menurutnya adalah murabbi harus menjadi teladan yang baik kepada mutarabbinya, termasuk didalamnya adalah cara berpakaian dan berperilaku.
“dalam materi tarbiyah, tidak ada materi khusus tentang memotong celana agar tidak isbal dan memelihara jenggot. Namun coba lihat mengapa para mutarabbi itu tiba-tiba melakukan hal demikian? Karena mereka belajar dari adab berpakaian sang murabbi,” ungkapnya.
Perhatian kepada murabbi dalam segala kondisi menjadi poin selanjutnya yang harus dimiliki oleh seorang murabbi, lanjut beliau. Khususnya memberikan penghargaan ketika mereka (mutarabbi) memiliki prestasi atau capaian tertentu dalam akademiknya.
Poin selanjutnya lebih berbicara pada wilayah teknis. Praktisi ruqyah syar’iyyah ini mengungkapkan, sebelum menarbiyah maka murabbi harus terlebih dahulu memiliki persiapan yang matang. Mempelajari materi sebelum esoknya menyampaikannya.
“jangan sampai anda bingung ketika telah berada didepan binaan antum karena tanpa persiapan,” tambahnya.
Tiga poin terakhir yang disampaikan beliau antara lain murabbi harus memprioritaskan tarbiyah dalam aktivitas kesehariannya, mengikuti kurikulum tarbiyah yang telah ditetapkan atau biasa disebut mawad tarbiyah dan yang terkahir adalah mendoakan para mutarabbi agar dijaga oleh Allah azza wa jalla.
Targab murabbi kampus se-Makassar ini ditutup dengan konsolidasi LIDMI Makassar kepada seluruh murabbi kampus berkaitan dengan pengarahan kader tarbiyah pada rangkaian Muktamar II LIDMI akhir Februari nanti.
Reporter: Rustam Hafid

